Oleh
: Asyhari A. Usman
Email
: asyharifisika@gmail.com
Pendahuluan
Belajar suatu kata yang sudah cukup
akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para peserta didik, mahasiswa dan
guru kata “belajar“ merupakan kata-kata yang tidak asing. Bahkan sudah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam
menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan
setiap waktu sesuai dengan keinginan.
Slameto
(2003:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Baharuddin
(2010:12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman.
Winkel
(1996: 53) adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan-perubahan itu
dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah
diperoleh dan terjadi selama jangka waktu tertentu. Jadi belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku individu merespon interaksi aktif dengan
lingkungan melalui pengalaman yang didapatnya secara pribadi.
Berdsarakan
uraian di atas maka belajar merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik didalam maupun di luar
ruangan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Belajar untuk disekolah
dasar berarti interaksi antara guru dengan siswa yang dilakukan secara sadar
dan terencana yang dilaksanakan baik di dalam kelas maupn diluar kelas dalam
rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa.
Kegiatan
belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Guru atau
tutorlah yang menciptakannya guna membelajarkan siswa atau peserta didik. Tutor
yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan dan kedua unsur
manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai
mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran
dilaksanakan.
Dalam peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan No. 22 Tahun 2016
tentang standar proses pendidikan Dasar dan Menengah Bab IV tentang Pelaksanaan
pembelajaran Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan matapelajaran. Pemilihan pendekatan belajar tematik dan/atau tematik terpadu
dan/atau saintifik dan/atau inquiry dan penyingkapan (discovery) dan/atau pemeblajaran
yang menghaasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidika.
Menurut
Sudjana (2009:35-37) kriteria keberhasilan pembelajaran dari sudut prosesnya (by
process):
1. Pembelajaran
direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa
secara sistematik, ataukah suatu proses yang bersifat otomatis dari guru disebabkan
telah menjadi pekerjaan rutin.
2. Kegiatan
siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan
penuh kesadaran, kesungguhan, dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari
pembelajaran itu sendiri.
3. Siswa
menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat penggunaan multi metode dan
multi media yang dipakai guru ataukah terbatas kepada satu kegiatan belajar
saja.
4. Siswa
mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang
dicapainya ataukah ia tidak mengetahui apakah yang ia lakukan itu benar atau
salah.
5. Proses
pembelajaran dapat melibatkan semua siswa dalam satu kelas tertentu yang aktif
belajar.
6. Suasana
pembelajaran atau proses belajar-mengajar cukup menyenangkan dan merangsang
siswa belajar ataukah suasana yang mencemaskan dan menakutkan
7. Kelas
memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium balajar
ataukah kelas yang hampa dan miskin dengan sarana belajar sehingga tidak
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar yang optimal.
Dari penjelasan tersebut diatas, dapat dikemukakan bahwa
hasil belajar merupakan proses kemampuan intelektual (kognitif),
kemampuan minat atau emosi (afektif) dan kemampuan motorik halus dan kasar
(psikomotor) pada peserta didik. Perubahan kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran khususnya dalam satuan pendidikan dasar diharapkan sesuai dengan
tahap pekembangannnya yaitu pada tahapan operasional kongrit.
Pembahasan
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Trianto (2010: 51)
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46)
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas
Istilah model Pembelajaran mempunyai makna yang lebih
luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat
ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut antara lain:
1. Rasional teoritik yang logis ,
disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. Landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
3. Tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;
4. Lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kadir dan Nur, 2009:0).
1.
Maca
Model Pembelajaran
a. Model
Pembelajaran Langsung
a.1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu
model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan pembelajaran peserta
didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah
Killen
dalam depdiknas (2010: 23) pembelajaran langsung atau Direct Instruction merujuk
pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru
kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya
jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini
berpusat pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur,
mengarahkan kegiatan para peserta didik, dan mempertahankan fokus pencapaian
akademik.
a.2.
Ciri-ciri Pembelajaran Langsung
Kardi & Nur, (2000:3)
memberikan tiga ciri pembelajaran langsung
1. Adanya
tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian
belajar.
2. Sintaks
atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3. Sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
a.3.
Tujuan Pembelajaran Langsung
Depdiknas (2010: 23) menyebutkan bahwa tujuan utama
pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar
peserta didik.
Model Pembelajaran Langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi
pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam
melakukan tugasnya guru dapat menggunakan berbagai media. Informasi yang
disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif
(yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi).
a.4.
Tahapan atau Fase Model Pembelajaran Langsung
Sofan Amri dan Iif Khoiru (2010, 43-47)
menegaskan bahwa Model pembelajaran langsung memiliki lima fase yang sangat
penting. Yakni :
1. Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Peserta Didik
a. Menjelaskan tujuan
Peserta didik perlu mengetahui dengan jelas
mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta
dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada peserta
didik.
b. Menyiapkan Peserta didik
Kegiatan
ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada
pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan
ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau
memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang
lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu.
2. Mendemonstrasikan Pengetahuan atau ketrampilan
a. Menyampaikan Informasi dengan Jelas
Kejelasan
informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai
melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik.
b. Melakukan Demonstrasi
Pengajaran
langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari
berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan agar berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai
konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan
demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.
3. Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah
satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan
melaksanakan “pelatihan terbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam
pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan
lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/ keterampilan pada situasi
yang baru.
4. Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik
Pada
pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut
resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara
untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik.
5. Memberikan kesempatan latihan mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan
kepada peserta didiksebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung
adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan
kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya
secara mandiri.
b. Strategi
Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung dirancang
untuk mengenal-kan peserta didik terhadap mata pelajaran guna membangun minat,
menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka berpikir. Peserta didik tidak
bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka dikembangkan oleh guru. Banyak guru
yang membuat kesalahan dengan mengajar, yakni sebelum peserta didik merasa
terlibat dan siap secara mental guru langsung memberikan materi pelajaran.
Menurut Silbernam (dalam Suryati dkk,
2008:35), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara
aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang akan
diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan
siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala
ukuran kelas dengan materi pelajaran apapun.
c. Kelebihan
Model Pembelajaran Langsung
1. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar
maupun kecil.
2. Dapat digunakan untuk menekankan kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
3. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan
konsep dan keterampilan-keterampilan.
4. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan
informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki
keterampilan.
5. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada
hasil-hasil dari suatu tugas. Hal ini penting terutama jika siswa tidak
memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
6. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan
refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan
memperbaikinya.
d. Kekurangan
Model Pembelajaran Langsung
Selain mempunyai
kelebihan-kelebihan, pada setiap model pembelajaran akan ditemukan
keterbatasan-keterbatasan. Begitu pula dengan Model Pengajaran Direct
Instruction. Keterbatasan – eterbatasan Model Pengajaran Direct Instruction
adalah sebagai berikut :
1. Karena
guru merupakan pusat dalam cara penyampaian ini, maka kesuksesan pembelajaran
ini bergantung pada guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya
diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan
perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2. Demonstrasi
sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa
bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang
dimaksudkan oleh guru.
2.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Pengertian
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem
Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah
dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai
diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri
dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inquiri (Trianto, 2010:91).
Menurut
Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran berdasarkan masalah merupakan
suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
inquiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian, dan percaya diri. Berbagai pengembang pengajaran berdasarkan
masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Pengajuan
pertanyaan atau masalah
Mereka
mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2. Berfokus
pada keterkaitan antardisiplin.
Contohnya
hubungan antara dua atau tiga mata pelajaran dalam satu kegiatan.
3. Penyelidikan
autentik
Mereka
harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan
membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen
(jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran
berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan prodik tertentu dalam
bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili
bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
5. Kolaborasi
Bekerjasama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inquiri dan dialog untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
b. Tujuan
Pembelajaran Berbasis Masalah
1.
Membantu
peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah.
2.
Belajar
peranan orang dewasa yang autentik.
3.
Menjadi
pembelajar yang mandiri
c. Kelebihan
dan Kekurangan
Menurut
Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah sebagai berikut :
c.1.
Kelebihan
1)
Realistik
dengan kehidupan siswa;
2)
Konsep
sesuai dengan kebutuhan siswa;
3)
Memupuk
sifat inquiry
siswa;
4)
Retensi
konsep jadi kuat;
5)
Memupuk
kemampuan Problem
Solving.
c.2.
Kekurangan
1) Persiapan
pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;
2) Sulitnya
mencari problem yang relevan;
3) Sering
terjadi miss-konsepsi;
4) Konsumsi
waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan.
d. Langkah-langkah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1.
Orientasi peserta didik pada masalah
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik (bahan dan alat) apa
yang diperlukan bagi penyelesaian masalah serta memberikan motivasi kepada
siswa agar menaruh perhatian terhadap aktivitas penyelesaian masalah.
2.
Mengorganisasi peserta didik.
Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan pembelajaran agar relevan
dengan penyelesaian masalah.
3.
Membimbing penyelidikan indvidu maupun
kelompok
Guru
mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai, melakukan eksperimen, dan
mencari penjelasan dan pemecahan masalah.
4.
Mengembangkan dan menyajikan hasil.
Guru
membantu siswa dalam perencanaan dan perwujudan hasil yang sesuai dengan tugas
yang diberikan
5.
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan
hasil pemecahan masalah.
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya serta
proses-proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
3.
Model
Discovery Learning
a.
Stimulation (memberi
stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan,
atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/ topik/tema yang
akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati
pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat
gambar.
b.
Problem Statement (mengidentifikasi
masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan
permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik
diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
c.
Data Collecting (mengumpulkan
data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan
mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi
pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian,
akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif
mengalami kegagalan.
d.
Data Processing (mengolah
data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi
kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupannyata,
sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan
aplikatif.
e.
Verification (memferifikasi).
Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau keabsahan
hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada
teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media,
serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
f.
Generalization (menyimpulkan).
Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil
simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga
kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
4. Model Inquiry Learning
Model
pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran
matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal
sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah
dalam model inkuiri terdiri atas :
1. Observasi/Mengamati
berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik bagai mana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata
pelajaran tertentu.
2. Mengajukan
pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik
untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru,
teman, atau melalui sumber yang lain.
3. Mengajukan
dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat
mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan.
4. Mengumpulkan
data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada
kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat
sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5. Merumuskan
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis,
sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Daftar
Pustaka :
Hasibuan, J.J dan Moedjiono. (2008). Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Isjoni. 2010. Cooperative
Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:Alfabeta.
Rusman. 2011.
Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali
Perss
Sagala, S. (2010). Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Silbermen, M. L.
2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa aktif. Bandung : Nusa Media
Slavin, E. R. 2009. Cooperative
Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.