Selasa, 14 April 2020

TEORI – TEORI PENDIDIKAN


Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi Perkuliahan Pengantar Pendidikan Pada Pertemuan ke-8 Program Studi Pendidikan Fisika
A.    Latar Belakang
Hergenhahn dan Olson (2010 : 11) menegaskan bahwa Mekanisme Homeostatis dan refleks jelas penting bagi survival, namun kita tidak akan bertahan hidup lama jika hanya bergantung pada keduanya untuk memenuhi kebutuhan kita. Agar bisa survive, suatu spesies harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya akan beberapa hal seperti makanan, air, dan seks, dan ia harus berinteraksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan itu. Tidak ada organisme yang akan bertahan hidup lama jika dia tidak belajar tentang lingkungan mana yang aman. Proses belajar inilah yang membuat organisme bisa berinteraksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang tak bisa dipenuhi dengan mekanisme Homeostatis dan refleks.
Dengan dasar kebutuhan manusia yang semakin meningkat, serta upaya pemenuhan kebutuhan yang kemudian mendorong berbagai kemajuan, utamanya pada bidang teknologi, menuntut adanya perbaikan sistem pendidikan guna dapat mewujudkan pemenuhan kebutuhan tersebut.
Sagala (2012 :vi) mengemukakan bahwa realitas sosial politik pada setiap daerah kadang-kadang tidak memihak pada kemajuan pendidikan, hal semacam itu sangat dirasakan oleh para guru, sehingga oleh bagi mereka ada yang tidak mau mengambil risiko sosial, ekonomi, politik, dan idiologi yang lebih buruk. Mereka cenderung, memilih menjalankan peran sebagai komando, instruktur, atau penata secara baik dengan cara melaksanakan tugas secara rutin saja daripada menjalankan peran sesungguhnya sebagai pendidik yang kreatif, inovatif, dan bermutu. Para guru yang memiliki idealisme sebagai pendidik sama sekali tidak mampu menggunakan akal sehat dan daya kritisnya. Penggunaan akal sehat dan daya kritis itu justru menimbulkan bumerang bagi dirinya sendiri, karena dapat dituduh tidak loyal dan tidak disiplin, akhirnya ia bekerja tidak berbeda atau sama dengan yang lainnya yaitu hanya sekedar melepas kewajiban waktu bekerja sebagai kegiatan rutin saja, tanpa ada upaya mengembangkan kreativitas dan inovasi yang memadai.
Selain itu, tuntutan masyarakat akan efektivitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan pada proses belajar mengajar menjadi fokus perhatian kepada kepala sekolah dan pegawai sekolah membantu guru memahami perilaku peserta didiknya. Membantu guru yang mengatasi pengulangan perilaku oleh peserta didik dan guru yang merupakan salah satu perilaku nonverbal atau lisan yang seringkali sulit diatasi oleh guru.
R. Mudyahardjo (2009 – 99) menegaskan bahwa Proses yang terjadi dalam pendidikan atau proses belajar-mengajar adalah proses transaksi atau proses saling memberi dan menerima pengalaman hidup antara pendidikan dengan si terdidik, yang didasarkan pada saling percaya mempercayai yang tertuju pada tercapainya perkembangan kepribadian yang dapat hidup selaras dalam masyarakat secara konstruktif. Pendidikan adalah percakapan atau dialog yang konstruktif dalam mengembangkan kepribadian individu yang hidup selaras dalam masyarakat. Pendidikan adalah proses humanisasi dan personalisasi.
Gambaran-gambaran tersebut memacu berbagai penelitian, terutama tentang perkembangan psikologi, yang sudah tentu berimplikasi pada sistem pendidikan utamanya pada proses belajar-mengajar, sehingga perlu untuk dipahami tentang pandangan para pemikir pendidikan yang nantinya membekali para pelaku pendidikan dalam menentukan arah dan strategi dalam melaksanakan suatu proses baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan.
Pemahaman tentang teori – teori pendidikan sangat penting guna memberikan dasar pijak bagi pelaku pendidikan, terutama calon – calon pendidik dalam menentukan arah pendidikan yang tepat sesuai tingkat kebutuhan serta kondisi yang terjadi dilingkungan masing-masing.
B.     Teori Pendidikan
1.      Pengertian Teori Pendidika
Menurut Moore (1974) istilah teori merujuk pada suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi seperti adanya. Selain itu teori juga merupakan usaha untuk menjelaskan sesuatu yang mungkin terjadi di masa datang. Pengertian ini mengandung makna bahwa fungsi teori adalah melakukan prediksi. Teori juga diartikan sebagai kebalikan dari sebuah praktek.
Stanovich dalam Hergenhahn dan Olson (2010 : 16) mengemukakan bahwa sebuah teori dalam ilmu pengetahuan adalah seperangkat konsep yang saling terkait yang digunakan untuk menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suatu kegiatan eksperimen di masa depan. Hipotesis adalah prediksi spesifik yang berasal dari teori.
Ada beberapa pengertian teori yang juga dikemukakan oleh beberapa ahli seperti :

1.       Jonathan H. Turner; Teori merupakan proses mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi.

2.      Littlejohn Dan Karen Foss; Teori merupakan sebuah sistem konsep-konsep abstrak dan hubungan dari konsep yang membantu kita untuk memahami fenomena.

3.      Hoy Dan Miskel (Dalam Sugiyono, 2010:55); Teori ialah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.
4.      John W Creswell; Teori merupakan serangkain bagian atau variabel definsi dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variable, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Dari pengertian – pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena, atau teori ialah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Teori pendidikan merupakan seperangkat penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspek- aspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem. Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya memiliki hubungan khusus secara timbal balik dan memiliki informasi.

 Sagala (2006:4), mengatakan bahwa teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang beperan sebagai definisi menerangkan makna.
2.      Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Tokoh utama aliran Empirisme adalah John Lock seorang filsuf dari Inggris. Teori aliran ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah “Tabularasa” (a blank sheet of paper). Menurut aliran Empirisme anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya.
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang duperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan2. stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.

3.      Teori Pendidikan Menurut Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, teramasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Nativisme menekankan kemampuan dalam diri anak sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak.
Seorang filsuf Jerman Schopenhauer (1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah lengkap dengan pembawaan baik ataupun buruk.
4.      Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Pandangan ini ada persamaannya dengan nativisme. Aliran naturalisme dipelopori oleh filsuf Perancis (JJ. Rousseau 1712-1778). Berbeda dengan dengan Schpenhaouer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.
Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam. Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi guru.
5.      Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Konvergensi artinya pertemuan. Pelopor aliran ini adalah William Stern seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Teori ini mengatakan bahwa seseorang terlahir dengan pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu anak dilahirkan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai dengan perkembangan bakat itu.Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak dapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu.
Aliran konvergen pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami perkembangan manusia. Meskipun demikian terdapat variasi mengenai factor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuhh kembang itu. Hal ini dapat dilihat dari berbagai teori perkembangan berdasarkan hasil penelitian oleh para ahli psikologi seperti :
a)      Jean Piaget; tentang perkembangan kognitif dan moral
b)      Lev Vygotsky; teori perkembangan kognitif
c)      Erik Erikson; teori perkembangan pribadi dan sosial
d)     Lawrence Kohlberg; Teori Perkembangan Moral
Untuk memudahkan dalam memahami tentang teori – teori tersebut, berikut akan dibahas secara singkat tentang pandangan teori – teori tersebut tentang pendidikan :
a)      Jean Piaget
Jean Piaget seorang ahli Psikologi Perkembangan yang berasal dari Swiss, Ia dilahirkan pada tanggal 9 Agustus 1896, Piaget menyelidiki mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamahan. Bagi Piaget perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap dan interaksi aktif dengan lingkungan. Slavin (2008 : 42)
Hergenhahn dan Olson (2010) dalam bukunya Theories of Learning, menegaskan bahwa Piaget berpendapat tindakan yang cerdas adalah tindakan yang menimbulkan kondisi yang mendekati optimal untuk kelangsungan hidup organisme. Dengan kata lain intelegensi memungkinkan organisme untuk menangani secara efektif lingkungannya. Karena lingkungan dan organisme senantiasa berubah, sebuah interaksi yang “cerdas” antara keduanya juga pasti terus menerus berubah.
Dengan demikian Intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat pengalaman Piaget dalam Hergenhahn dan Olson (2010 :313). Selain itu juga, ditambahkan oleh Slavin (2008) bahwa Piaget mendefenisikan adaptasi sebagai proses menyesuaikan skema sebagai tanggapan atas lingkungan dengan cara asimilasi dan akomodasi. Asimilasi sendiri kata Slavin (2008) adalah proses memahami suatu objek atau peristiwa baru dari segi skema yang ada, sedangkan Akomodasi adalah mengubah skema yang ada agar sesuai dengan situasi baru.
Mekanisme asimilasi dan akomodasi serta kekuatan penggerak ekuilibrasi, akan menghasilkan pertumbuhan intelektual yang pelan tetapi pasti. Seperti yang digambarkan di bawah ini :

Gambar : Mekanisme Asimilasi dan Akomodasi (Hergenhahn dan Olson 2010)

a)      Lev Semionovich Vygotsky
Karya Vygotsky didasarkan pada dua gagasan utama, Pertama, Dia berpendapat bahwa perkembangan intelektual dapat dipahami hanya dari sudut konteks historis dan budaya yang dialami anak – anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem tanda yang ada bersama masing – masing orang ketika mereka bertumbuh. Slavin (2008 : 59). Lebih lanjut ditegaskan bahwa terdapat perbedaan antara Vygotsky dengan Piaget dalam hal perkembangan kognisi, menurut Vygotsky perkembangan kognisi sangat terkait dengan masukan dari orang – orang lain, namun kesamaan mereka terletak pada perolehan sistem – sistem tanda terjadi dalam urutan langkah – langkah tetap yang sama untuk semua anak.
Tahap I (Lanjut ....)   
Daftar Pustaka
B.R. Hergenhahn dan M. H. Olson, 2010, Theories of Learning (Teori Belajar)Edisi Ke-7, Jakarta Kencana Media Group
Redja Mudyahardjo, 2001, Pengantar Pendidikan, Jakarta Raja Grafindo Persada
Rusman, 2010, Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Bandung, Raja Grafindo Persada
Robert A. Salin, 2008; Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek Edisi ke-8, Jakarta, Indeks
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta.
 



Minggu, 05 April 2020

PERKEMBANGAN SAINS


Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi Perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar Pada Pertemuan ke-5  atau pertemuan ke-3 perkuliahan online Program Studi Pendidikan Sejarah


A.    Pengertian Sains
Dalam kesadaran terjadi perbedaan antara kegiatan menyadari dan isi kesadaran. Ada subjek yang menyadari dan ada objek yang disadari. Dari objek yang terpisah dari subjek didapat pengetahuan yang objektif dan berlaku universal karena didapat dari kegiatan menggali pengetahuan tanpa melibatkan subjektivitas. Pengetahuan sendiri sebernya netral dan bebas nilai, namun arah perkembangannya tergantung pada kehendak subjek yang menggalinya. S. Wonorahardjo (2010 : 8).
Agus Purwanto (2009 : 187-188) dalam buku Ayat – ayat semesta menegaskan bahwa Sains adalah prodak manusia seperti halnya musik, film, lukisan, patung, bangunan dan banyak lagi lainnya. Setiap produk, apapun jenisnya, pasti membawa tata nilai dan pandangan hidup atau pandangan dunia dari produsennya. Sains sebagai produk manusia tidak dapat dikecualikan atau diistimewakan. Ia membawa pandangan dunia tertentu kreatornya. Sains selain lebih abstrak, juga relatif tidak memiliki bandingan. Didunai musik orang mengenal musik barat, India, musik padang pasir, sementara sains sampai saat ini kita hanya punya satu sains dominan, yakni sains moderen atau sains barat. Lebih lanjut ditegaskan bahwa sains dapat dikatanakn sebagai produk manusia dalam menyibak realitas, dengan demikian dapat dikatakan akan ada lebih dari satu sains, dan sains satu dengan yang lain dibedakan pada apa makna realitas dan cara apa yang dapat diteri untuk mengetahui realitas tersebut.     
Istilah sains merupakan alih bahasa dari “science” yang berasal dari bahasa latin “scire”, artinya “to khow” dalam arti sempit sains diartikan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki dua pengertian. Pertama, ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan  tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode – metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan)btersebut. Kedua Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian. Tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin dan sebagainya. Uyoh Sadulloh (2009 : 43). Selain pengertian ilmu dalam kamus Besar bahasa Indonesia juga ditemukan kata “Sains” yang berarti (1) Ilmu teratur (sistematis) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya (2) Ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (fisika, kimia, biologi)
Titus (1959) dalam Uyoh Sadulloh (2009 : 43) menegaskan bahwa sains artinya sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda – benda atau peristiwa – peristiwa dengan menggunakan metode observasi yang teliti dan kritis. Selain Titus, Ashley Montagu, mendefenenisikan sains sebagai pengatahuan yang disusun dan berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakekat  dan prinsip tentang hal yang dipelajari.
Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Selain Conant, Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
S. Wonorahardjo (2010 : 11) dalam buku Dasar – Dasar Sains mengatakan, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains (Inggris : science) berasal dari kata latin “scientia” yang berati, (1) pengetahuan tentang atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Lebih lanjut ditegaskan bahwa Ilmu merujuk ke (1) studi sistematis (systematical study), (2) tubuh pengetahuan yang terorganisasi (the organized body of knowledge), dan (3) pengetahuan teoritis (theoretical knowledge).
Sains merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistemtisasisakn “common sense”, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari – hari, dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah. Uyo Sadulloh (2009 : 44).
Harsoyo (1977) dalam Uyo Sadulloh (2009 : 44) mengemukakan bahwa sains mengandung pengertian :
1)      Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan.
2)      Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindra manusia.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan, bahwa Sains merupakan suatu pendekatan yang digunakan seseorang dalam mengamati secara langsung tentang kejadian secara sistematis dan  diuji kebenarannya atau dapat dikatakan sains merupakan gambaran tentang hal – hal yang dipelajari dalam runag dan waktu berdasarkan daya jangkauan logika dan diamati oleh panca indra manusia.
      
B.     Karakteristik Sains
Kemajuan dalam pengetahuan yang dihasilkan oleh sains itu memungkinkan, karena beberapa karaktersitik yang dimiliki sains. Radall dan Buchker dalam Uyo Sadulloh (2009: 46) mengemukakan beberapa ciri umum sains, antara lain :
a)      Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama. Artinya, hasil sain yang lalu dapat dipergunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal – hal baru, dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
b)      Hasil sains kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang menyelidiknya adalah manusia. Tetapi perlu di sadari bahwa kesalahan – kesalahan bukan karena metode, melainkan terletak pada manusia yang menggunkan metode tersebut.
c)      Sain bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara kerja penggunaan metode sains tidak bergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.
karakteristik sains yang khas adalah sains ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. Berdasarkan pada definisi tersebut, karakteristik sains yang khas adalah sains ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. A. Widowati (2008 : 2) Lebih lanjut ia menandaskan bahwa ”the whole science is nothing more than a refinement of everyday thinking”. Kalimat tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau pola pikir sains tidak sama dengan pola pikir sehari - hari, di mana berpikirnya harus menjalani “refinement” sehingga cermat dan lengkap.

C.    Fungsi dan Sifat Sains
S. Wonorahardjo (2010) dalam buku Dasar – dasar Sains mengemukakan bahwa Sains secara pragmatis dapat ditinjau menurut fungsi – fungsinya, yakni :
1)      Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematik;
Manusia lebih menempatkan segala sesuatu ke dalam pikiran menurut struktur yang logis dan lebih objektif. Hal ini menunjukkan bahwa sains berhubungan langsung dengan peggunaan logika dan matematika dalam memecahkan permasalahan yang lebih sistematis dan terukur.
2)      Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain;
Berdasarkan sifat-sifat utama sains, berupa :
a)      Analitis; yaitu dapat meneliti setiap bagian dari objek dengan seksama dan terstruktur.
b)      Logis; dapat dipikirkan dan diamati dengan sederhana serta memberikan serangkaian sebab – akibat dalam proses-prosesnya.
c)      Sistematis; urutan penjelasan harus ada dan sifatnya logis serta berhubungan dengan sebab akibat. Selain itu penjelasan masing – masing bagian adalah hasil dari pengelompokan atau klasifikasi berdasarkan pemikiran logis, tidak berlawanan satu sama lain namun dapat pula saling menunjang dan melengkapi.
d)     Kausatif; menjelaskan gejala alam berdasarkan penyebab – penyebabnya.
e)      Kuantitatif; artinya dapat diukur dan apa yang dilaporkan dalam bentuk angka – angka dapat dipercaya secara statistik.
Banyak sekali gejala alam yang sebetulnya belum kita pahami dan sains membantu kita, karena sains dibangun dari penemuan dan perumusan konsep dialam yang telah diuji kebenarannya. Dengan demikian sains merupakan kumpulan pengetahuan mengenai alam.
3)      Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari.
Jika ada hukum alam dapat dijamin akan mengikuti hukum alam tersebut, atau pengamatan ilmiah mengenai suatu objek akan menghasilkan pengetahuan mengenai objek tersebut dan pengamatnya dapat mengenali gerak-gerik objeknya serta meramalkan langkah-langkah alamiah objeknya. Hal ini yang kemudian menentukan sifat Sains sebagai Kausatif.
4)      Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi kepentingan manusia.
Dengan serangkaian pengamatan serius mengenai gejala alam dan dengan demikian sifat – sifatnya diketahui manusia, manusia akan berusaha mengatur dan mengendalikan alam dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan manusia.
5)      Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya mengenai alam.
Dari pengamatan dan analisis yang mendalam mengenai alam ilmuan akan tau sampai dimana alam dapat dimanfaatkan dan sampai dimana alam justru di rusak oleh aktivitas manusia. 
D.    Kelebihan dan Kekurangan Sains
1)      Kelebihan Sains
Tidak bisa disangkal bahwa sains telah banyak memberikan sumbangannya terhadap kehidupan ummat manusia, misalnya dalam perkembangan sains, dan teknologi kedokteran, sains dan teknologi komunikasi dan informasi, karena Sains merupakan hasil kerja pengalaman, observasi, eksperimen dan verifikasi.
Agus Purwanto (2009 : 191) menggambarkan, bahwa fisika Newton berhasil secara spektakuler menjelaskan sejumlah besar fenomena fisis. Keberhasilan ini memunculkan perasaan yakin bahwa fisika Newtonian mampu menjelaskan semua peristiwa. Para ilmuan yakin bahwa the ultimate theory telah didapatkan. Keyakinan ini dipresentasikan oleh James Clark Maxwell saat tampil memberi kuliah inaugurasi di Universitas Cambridge pada 1871. Maxwell menyatakan optimismenya bahwa dalam waktu dekat semua konstanta fisika akan terestimasi. Alasannya mekanika klasik dan elektrodinamika, selain dipandang mampu menggambarkan semua fenomena fisis, juga telah memicu revolusi industri.
S. Wonohardjo (2009 : 70) juga memberikan penjelasan bahwa alam merupakan sumber pengetahuan yang utama bagi manusia, manusia dapat menyadari alamnya lewat pengamatan seksama yang dilanjutkan dengan mempelajari lebih jauh lagi apa yang telah diamati tersebut.  
2)      Kekurangan Sains
Ada beberapa kekurangan sains menurut Uyoh Sadulloh ( 2003 : 48) :
a)      Sains bersifat objektif, menyampingkan penilaian yang sifatnya subjektif. Sain menyampingkan tujuan hidup, sehingga dengan demikian sains dan teknologi tidak bisa dijadikan pembimbing bagi manusia dalam menjalani hidup ini (Hocking, 1942)
b)      Manusia hidup dalam kurun waktu yang panjang. Jika ia terbenar dalam dunia fisik, maka akan hampa dari makna dalam hidup yang penuh arti ini. Oleh karena itu sains membutuhkan pendamping dalam operasinya, selain filsafat untuk memberikan nilai – nilai hidup, yang paling penting adalah agama yang memiliki kebenaran dan nilai – nilai hidup yang mutlak. Albert Einstein mengatakan Sains tanpa agama lumpuh dan agama tanpa sains adalah buta (Science withouot religion is lame, religion without science is blind).
Pandangan ini juga digambarkan oleh Agus Purwanto dalam bukunya yang berjudul Ayat – ayat Semesta, bahwa Sains modern telah bergerak menuju deisme, kepercayaan bahwa Tuhan memulai alam semsta, tetapi kemudian membiarkannya berjalan sendiri. Jika dianalogikan dengan jam, peran Tuhan seolah – olah dibatasi sebagai pembuat jam belaka, setelah itu diam dikejauhan dan membiarkan jam berjalan sendiri sampai rusak. Tuhan yang pensiun, deus otiosus, karena Tuhan tidak mempunyai pekerjaan lagi.    
E.     Sains di Masa Depan
Sejarah ilmu pengetahuan telah membuktikan kebenaran ketundukan ciptaan kepada Sang Pencipta. Klaim kepensiunan dan ketiadaan Tuhan para filsuf dan ilmuan ateis yang menyandarkan arugemnnya pada fisika klasik akhirnya dimungkiri sendiri oleh sains. Tepatnya fisika moderen. Sain memperlihatkan bahwa Tuhan tidak pensiun melainkan terus menerus mencipta, menghancurkan, dan mengulangi aksi penciptaan makhluk Nya. A. Purwanto (2009 : 196). Lebih lanjut pada halaman (344) A.
Aktivitas – aktivitas yang mengawali lahirnya sains baru akan menghasilkan perubahan dan pembentukan struktur baru yang menghasilkan paradigma baru yang dicetuskan oleh masyarakat ilmiah tertentu. Dalam proses ini paradigma baru dapat dibangun dari asumsi teoritis yang umum dan teknik serta metode yang dipilih dan diadopsi oleh masyarakat ilmiah. S. Wonorahardjo. (2009 : 121)
Titik berat sains di masa depan kemungkinan besar akan menggarap dua lapangan penting, yaitu teknologi komunikasi dan upaya pemecahan masalah krisis energi yang tidak dapat lagi bergantung pada sumber energi alami seperti minyak dan gas bumi, energi batu bara, energi air, serta energi angin. Sains makro (alam lingkungan hidup manusia) dan sains mikro (molekul, atom, dan inti atom) akan semakin berkembang dan mendalam dengan komunikasi yang baik antara keduanya. Sain murni dan sains aplikatif (dalam teknologi) sama – sama lebih berkembang dan menunjang satu sama lain. Semua ini akan sangat ditunjang oleh teknologi komputasi yang dapat melakukan perhitungan tingkat tinggi dan sangat teliti serta dapat dipercaya. S. Wonorahardjo. (2009 : 175). Lebih lanjut ditegaskan bahwa dengan adanya komputer dan bahasa matematika yang semakin canggih maka apapun kerja teoritis akan menghasilkan segala rumusan gejala alam ditinjau dari segi teoritis. Dan untuk membuktikannya dilakukan perlakuan empiris.
Suasana pemikiran yang lebih terpusat pada informasi akan menggeser pemahaman tentang alam yang dipikirkan oleh manusia di era sebelumnya. Sains moderen dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan di zaman moderen. Selain itu sains sendiri bertambah dimensinya dari waktu – ke waktu karena banyaknya kontak dan integrasi dengan materi di bidang kajian ilmu lainnya.
Daftar Pustaka
Agus Purwanto, 2009, Ayat – Ayat Semesta Sisi – Sisi Al-Quran yang Terlupakan Bandung, Mizan Media Utama
J. S. Suriasumantri, 2010 Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Pustaka Sinar Harapan.
S. Wonorahardjo 2010, Dasar – dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar Sains, Jakarta Indeks.
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta  
Asri Widowati, 2008, Diktat Pendidikan Sains, Fakultas MIPA Universitas Yogyakarta.


WASIAT SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH UNTUK ANAKNYA

"Tak lama lagi aku akan menghadap Allah Subhanahu waTa'ala. Namun aku sama sekali tidak merasa menyesal, sebab aku meninggalk...