Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi
Perkuliahan Pengantar Pendidikan Pada Pertemuan ke-8 Program Studi Pendidikan
Fisika
A.
Latar Belakang
Hergenhahn dan Olson (2010 : 11) menegaskan bahwa
Mekanisme Homeostatis dan refleks jelas penting bagi survival,
namun kita tidak akan bertahan hidup lama jika hanya bergantung pada keduanya
untuk memenuhi kebutuhan kita. Agar bisa survive,
suatu spesies harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya akan beberapa hal seperti
makanan, air, dan seks, dan ia harus berinteraksi dengan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan itu. Tidak ada organisme yang akan bertahan hidup lama jika
dia tidak belajar tentang lingkungan
mana yang aman. Proses belajar inilah yang membuat organisme bisa berinteraksi
dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang tak bisa dipenuhi dengan
mekanisme Homeostatis dan refleks.
Dengan dasar kebutuhan manusia yang semakin
meningkat, serta upaya pemenuhan kebutuhan yang kemudian mendorong berbagai
kemajuan, utamanya pada bidang teknologi, menuntut adanya perbaikan sistem
pendidikan guna dapat mewujudkan pemenuhan kebutuhan tersebut.
Sagala (2012 :vi) mengemukakan bahwa realitas sosial
politik pada setiap daerah kadang-kadang tidak memihak pada kemajuan
pendidikan, hal semacam itu sangat dirasakan oleh para guru, sehingga oleh bagi
mereka ada yang tidak mau mengambil risiko sosial, ekonomi, politik, dan
idiologi yang lebih buruk. Mereka cenderung, memilih menjalankan peran sebagai
komando, instruktur, atau penata secara baik dengan cara melaksanakan tugas
secara rutin saja daripada menjalankan peran sesungguhnya sebagai pendidik yang
kreatif, inovatif, dan bermutu. Para guru yang memiliki idealisme sebagai
pendidik sama sekali tidak mampu menggunakan akal sehat dan daya kritisnya.
Penggunaan akal sehat dan daya kritis itu justru menimbulkan bumerang bagi
dirinya sendiri, karena dapat dituduh tidak loyal dan tidak disiplin, akhirnya
ia bekerja tidak berbeda atau sama dengan yang lainnya yaitu hanya sekedar
melepas kewajiban waktu bekerja sebagai kegiatan rutin saja, tanpa ada upaya
mengembangkan kreativitas dan inovasi yang memadai.
Selain itu, tuntutan masyarakat akan efektivitas dan
kualitas pelaksanaan pendidikan pada proses belajar mengajar menjadi fokus
perhatian kepada kepala sekolah dan pegawai sekolah membantu guru memahami
perilaku peserta didiknya. Membantu guru yang mengatasi pengulangan perilaku
oleh peserta didik dan guru yang merupakan salah satu perilaku nonverbal atau
lisan yang seringkali sulit diatasi oleh guru.
R. Mudyahardjo (2009 – 99) menegaskan bahwa Proses
yang terjadi dalam pendidikan atau proses belajar-mengajar adalah proses
transaksi atau proses saling memberi dan menerima pengalaman hidup antara
pendidikan dengan si terdidik, yang didasarkan pada saling percaya mempercayai
yang tertuju pada tercapainya perkembangan kepribadian yang dapat hidup selaras
dalam masyarakat secara konstruktif. Pendidikan adalah percakapan atau dialog
yang konstruktif dalam mengembangkan kepribadian individu yang hidup selaras
dalam masyarakat. Pendidikan adalah proses humanisasi dan personalisasi.
Gambaran-gambaran tersebut memacu berbagai
penelitian, terutama tentang perkembangan psikologi, yang sudah tentu
berimplikasi pada sistem pendidikan utamanya pada proses belajar-mengajar,
sehingga perlu untuk dipahami tentang pandangan para pemikir pendidikan yang
nantinya membekali para pelaku pendidikan dalam menentukan arah dan strategi
dalam melaksanakan suatu proses baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pendidikan.
Pemahaman tentang teori – teori pendidikan sangat
penting guna memberikan dasar pijak bagi pelaku pendidikan, terutama calon –
calon pendidik dalam menentukan arah pendidikan yang tepat sesuai tingkat
kebutuhan serta kondisi yang terjadi dilingkungan masing-masing.
B.
Teori Pendidikan
1.
Pengertian Teori
Pendidika
Menurut Moore (1974) istilah teori merujuk pada suatu usaha
untuk menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi seperti adanya. Selain itu teori
juga merupakan usaha untuk menjelaskan sesuatu yang mungkin terjadi di masa
datang. Pengertian ini mengandung makna bahwa fungsi teori adalah melakukan
prediksi. Teori juga diartikan sebagai kebalikan dari sebuah praktek.
Stanovich dalam Hergenhahn dan Olson (2010 : 16) mengemukakan
bahwa sebuah teori dalam ilmu pengetahuan adalah seperangkat konsep yang saling
terkait yang digunakan untuk menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat
prediksi tentang hasil dari suatu kegiatan eksperimen di masa depan. Hipotesis
adalah prediksi spesifik yang berasal dari teori.
Ada beberapa pengertian teori yang juga dikemukakan oleh
beberapa ahli seperti :
1. Jonathan H. Turner; Teori merupakan proses mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi.
2. Littlejohn Dan Karen Foss; Teori merupakan sebuah sistem konsep-konsep abstrak dan hubungan dari konsep yang membantu kita untuk memahami fenomena.
3. Hoy Dan Miskel
(Dalam Sugiyono, 2010:55);
Teori ialah seperangkat konsep,
asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.
4. John W Creswell; Teori merupakan serangkain bagian atau variabel
definsi dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variable, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Dari pengertian – pengertian tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya
hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah
fenomena, atau teori ialah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur
pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan
selanjutnya.
Teori
pendidikan merupakan seperangkat penjelasan yang rasional sistematis membahas
tentang aspek- aspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem.
Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau
serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem
konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu yang
setidaknya memiliki hubungan khusus secara timbal balik dan memiliki informasi.
Sagala (2006:4), mengatakan bahwa
teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan
dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang
berperan sebagai asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang beperan sebagai definisi
menerangkan makna.
2.
Teori Pendidikan
Menurut Aliran Empirisme
Tokoh
utama aliran Empirisme adalah John Lock seorang filsuf dari Inggris. Teori
aliran ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti
kertas putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan
istilah “Tabularasa” (a blank sheet of
paper). Menurut aliran Empirisme anak-anak
yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas
putih yang polos. Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan
keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya.
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean
Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia,
dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang duperoleh anak dalam kehidupan
sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan2. stimulasi ini
berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program
pendidikan.
3.
Teori Pendidikan
Menurut Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, teramasuk faktor
pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut
ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.
Pendidikan
yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna
untuk perkembangan anak itu sendiri. Nativisme menekankan kemampuan dalam diri anak
sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh
terhadap pendidikan anak.
Seorang filsuf Jerman Schopenhauer
(1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah lengkap dengan pembawaan
baik ataupun buruk.
4.
Teori Pendidikan
Menurut Aliran Naturalisme
Pandangan ini ada persamaannya dengan
nativisme. Aliran naturalisme dipelopori oleh filsuf Perancis (JJ. Rousseau
1712-1778). Berbeda dengan dengan Schpenhaouer, Rousseau berpendapat bahwa
semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik anak
akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.
Segala
sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi
jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke
alam. Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara
alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue menginginkan
perkembangan anak dikembalikan ke alam yang mengembangkan anak secara wajar
karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi guru.
5.
Teori Pendidikan
Menurut Aliran Konvergensi
Konvergensi
artinya pertemuan. Pelopor aliran ini adalah William Stern seorang ahli ilmu
jiwa berkebangsaan Jerman. Teori ini mengatakan bahwa seseorang terlahir dengan
pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa sejak
lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai
dengan perkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam
proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan
sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu
anak dilahirkan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan yang baik sesuai dengan perkembangan bakat itu.Sebaliknya,
lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal
kalau memang pada diri anak tidak dapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan
itu.
Aliran konvergen pada umumnya diterima secara
luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami perkembangan manusia. Meskipun
demikian terdapat variasi mengenai factor-faktor mana yang paling penting dalam
menentukan tumbuhh kembang itu. Hal ini dapat dilihat dari berbagai teori
perkembangan berdasarkan hasil penelitian oleh para ahli psikologi seperti :
a) Jean
Piaget; tentang
perkembangan kognitif dan moral
b) Lev
Vygotsky; teori perkembangan kognitif
c) Erik
Erikson; teori perkembangan
pribadi dan sosial
d)
Lawrence Kohlberg; Teori Perkembangan Moral
Untuk memudahkan dalam memahami tentang teori –
teori tersebut, berikut akan dibahas secara singkat tentang pandangan teori –
teori tersebut tentang pendidikan :
a)
Jean Piaget
Jean
Piaget seorang ahli Psikologi Perkembangan yang berasal dari Swiss, Ia
dilahirkan pada tanggal 9 Agustus 1896, Piaget menyelidiki mengapa dan
bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamahan. Bagi Piaget perkembangan
bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap dan interaksi aktif
dengan lingkungan. Slavin (2008 : 42)
Hergenhahn
dan Olson (2010) dalam bukunya Theories
of Learning, menegaskan bahwa Piaget berpendapat tindakan yang cerdas
adalah tindakan yang menimbulkan kondisi yang mendekati optimal untuk
kelangsungan hidup organisme. Dengan kata lain intelegensi memungkinkan
organisme untuk menangani secara efektif lingkungannya. Karena lingkungan dan
organisme senantiasa berubah, sebuah interaksi yang “cerdas” antara keduanya
juga pasti terus menerus berubah.
Dengan
demikian Intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan yang cerdas
akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat
pengalaman Piaget dalam Hergenhahn dan Olson (2010 :313). Selain itu juga,
ditambahkan oleh Slavin (2008) bahwa Piaget mendefenisikan adaptasi sebagai
proses menyesuaikan skema sebagai tanggapan atas lingkungan dengan cara
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi sendiri kata Slavin (2008) adalah proses
memahami suatu objek atau peristiwa baru dari segi skema yang ada, sedangkan
Akomodasi adalah mengubah skema yang ada agar sesuai dengan situasi baru.
Mekanisme asimilasi
dan akomodasi serta kekuatan penggerak ekuilibrasi, akan menghasilkan
pertumbuhan intelektual yang pelan tetapi pasti. Seperti yang digambarkan di
bawah ini :
Gambar : Mekanisme Asimilasi dan Akomodasi (Hergenhahn dan Olson 2010)
a)
Lev Semionovich Vygotsky
Karya Vygotsky didasarkan pada dua gagasan utama, Pertama, Dia
berpendapat bahwa perkembangan intelektual dapat dipahami hanya dari sudut
konteks historis dan budaya yang dialami anak – anak. Kedua, perkembangan
bergantung pada sistem tanda yang ada bersama masing – masing orang ketika
mereka bertumbuh. Slavin (2008 : 59). Lebih lanjut ditegaskan bahwa terdapat
perbedaan antara Vygotsky dengan Piaget dalam hal perkembangan kognisi, menurut
Vygotsky perkembangan kognisi sangat terkait dengan masukan dari orang – orang lain,
namun kesamaan mereka terletak pada perolehan sistem – sistem tanda terjadi
dalam urutan langkah – langkah tetap yang sama untuk semua anak.
Tahap I (Lanjut ....)
Daftar Pustaka
B.R. Hergenhahn dan M. H. Olson,
2010, Theories of Learning (Teori
Belajar)Edisi Ke-7, Jakarta Kencana Media Group
Redja Mudyahardjo, 2001,
Pengantar Pendidikan, Jakarta Raja Grafindo Persada
Rusman, 2010, Model – Model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru, Bandung, Raja Grafindo Persada
Robert A. Salin, 2008; Psikologi
Pendidikan Teori dan Praktek Edisi ke-8,
Jakarta, Indeks
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar