Selasa, 14 April 2020

TEORI – TEORI PENDIDIKAN


Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi Perkuliahan Pengantar Pendidikan Pada Pertemuan ke-8 Program Studi Pendidikan Fisika
A.    Latar Belakang
Hergenhahn dan Olson (2010 : 11) menegaskan bahwa Mekanisme Homeostatis dan refleks jelas penting bagi survival, namun kita tidak akan bertahan hidup lama jika hanya bergantung pada keduanya untuk memenuhi kebutuhan kita. Agar bisa survive, suatu spesies harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya akan beberapa hal seperti makanan, air, dan seks, dan ia harus berinteraksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan itu. Tidak ada organisme yang akan bertahan hidup lama jika dia tidak belajar tentang lingkungan mana yang aman. Proses belajar inilah yang membuat organisme bisa berinteraksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang tak bisa dipenuhi dengan mekanisme Homeostatis dan refleks.
Dengan dasar kebutuhan manusia yang semakin meningkat, serta upaya pemenuhan kebutuhan yang kemudian mendorong berbagai kemajuan, utamanya pada bidang teknologi, menuntut adanya perbaikan sistem pendidikan guna dapat mewujudkan pemenuhan kebutuhan tersebut.
Sagala (2012 :vi) mengemukakan bahwa realitas sosial politik pada setiap daerah kadang-kadang tidak memihak pada kemajuan pendidikan, hal semacam itu sangat dirasakan oleh para guru, sehingga oleh bagi mereka ada yang tidak mau mengambil risiko sosial, ekonomi, politik, dan idiologi yang lebih buruk. Mereka cenderung, memilih menjalankan peran sebagai komando, instruktur, atau penata secara baik dengan cara melaksanakan tugas secara rutin saja daripada menjalankan peran sesungguhnya sebagai pendidik yang kreatif, inovatif, dan bermutu. Para guru yang memiliki idealisme sebagai pendidik sama sekali tidak mampu menggunakan akal sehat dan daya kritisnya. Penggunaan akal sehat dan daya kritis itu justru menimbulkan bumerang bagi dirinya sendiri, karena dapat dituduh tidak loyal dan tidak disiplin, akhirnya ia bekerja tidak berbeda atau sama dengan yang lainnya yaitu hanya sekedar melepas kewajiban waktu bekerja sebagai kegiatan rutin saja, tanpa ada upaya mengembangkan kreativitas dan inovasi yang memadai.
Selain itu, tuntutan masyarakat akan efektivitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan pada proses belajar mengajar menjadi fokus perhatian kepada kepala sekolah dan pegawai sekolah membantu guru memahami perilaku peserta didiknya. Membantu guru yang mengatasi pengulangan perilaku oleh peserta didik dan guru yang merupakan salah satu perilaku nonverbal atau lisan yang seringkali sulit diatasi oleh guru.
R. Mudyahardjo (2009 – 99) menegaskan bahwa Proses yang terjadi dalam pendidikan atau proses belajar-mengajar adalah proses transaksi atau proses saling memberi dan menerima pengalaman hidup antara pendidikan dengan si terdidik, yang didasarkan pada saling percaya mempercayai yang tertuju pada tercapainya perkembangan kepribadian yang dapat hidup selaras dalam masyarakat secara konstruktif. Pendidikan adalah percakapan atau dialog yang konstruktif dalam mengembangkan kepribadian individu yang hidup selaras dalam masyarakat. Pendidikan adalah proses humanisasi dan personalisasi.
Gambaran-gambaran tersebut memacu berbagai penelitian, terutama tentang perkembangan psikologi, yang sudah tentu berimplikasi pada sistem pendidikan utamanya pada proses belajar-mengajar, sehingga perlu untuk dipahami tentang pandangan para pemikir pendidikan yang nantinya membekali para pelaku pendidikan dalam menentukan arah dan strategi dalam melaksanakan suatu proses baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan.
Pemahaman tentang teori – teori pendidikan sangat penting guna memberikan dasar pijak bagi pelaku pendidikan, terutama calon – calon pendidik dalam menentukan arah pendidikan yang tepat sesuai tingkat kebutuhan serta kondisi yang terjadi dilingkungan masing-masing.
B.     Teori Pendidikan
1.      Pengertian Teori Pendidika
Menurut Moore (1974) istilah teori merujuk pada suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi seperti adanya. Selain itu teori juga merupakan usaha untuk menjelaskan sesuatu yang mungkin terjadi di masa datang. Pengertian ini mengandung makna bahwa fungsi teori adalah melakukan prediksi. Teori juga diartikan sebagai kebalikan dari sebuah praktek.
Stanovich dalam Hergenhahn dan Olson (2010 : 16) mengemukakan bahwa sebuah teori dalam ilmu pengetahuan adalah seperangkat konsep yang saling terkait yang digunakan untuk menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suatu kegiatan eksperimen di masa depan. Hipotesis adalah prediksi spesifik yang berasal dari teori.
Ada beberapa pengertian teori yang juga dikemukakan oleh beberapa ahli seperti :

1.       Jonathan H. Turner; Teori merupakan proses mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi.

2.      Littlejohn Dan Karen Foss; Teori merupakan sebuah sistem konsep-konsep abstrak dan hubungan dari konsep yang membantu kita untuk memahami fenomena.

3.      Hoy Dan Miskel (Dalam Sugiyono, 2010:55); Teori ialah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.
4.      John W Creswell; Teori merupakan serangkain bagian atau variabel definsi dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variable, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Dari pengertian – pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena, atau teori ialah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Teori pendidikan merupakan seperangkat penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspek- aspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem. Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya memiliki hubungan khusus secara timbal balik dan memiliki informasi.

 Sagala (2006:4), mengatakan bahwa teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang beperan sebagai definisi menerangkan makna.
2.      Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Tokoh utama aliran Empirisme adalah John Lock seorang filsuf dari Inggris. Teori aliran ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah “Tabularasa” (a blank sheet of paper). Menurut aliran Empirisme anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya.
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang duperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan2. stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.

3.      Teori Pendidikan Menurut Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, teramasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Nativisme menekankan kemampuan dalam diri anak sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak.
Seorang filsuf Jerman Schopenhauer (1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah lengkap dengan pembawaan baik ataupun buruk.
4.      Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Pandangan ini ada persamaannya dengan nativisme. Aliran naturalisme dipelopori oleh filsuf Perancis (JJ. Rousseau 1712-1778). Berbeda dengan dengan Schpenhaouer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.
Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam. Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi guru.
5.      Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Konvergensi artinya pertemuan. Pelopor aliran ini adalah William Stern seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Teori ini mengatakan bahwa seseorang terlahir dengan pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu anak dilahirkan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai dengan perkembangan bakat itu.Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak dapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu.
Aliran konvergen pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami perkembangan manusia. Meskipun demikian terdapat variasi mengenai factor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuhh kembang itu. Hal ini dapat dilihat dari berbagai teori perkembangan berdasarkan hasil penelitian oleh para ahli psikologi seperti :
a)      Jean Piaget; tentang perkembangan kognitif dan moral
b)      Lev Vygotsky; teori perkembangan kognitif
c)      Erik Erikson; teori perkembangan pribadi dan sosial
d)     Lawrence Kohlberg; Teori Perkembangan Moral
Untuk memudahkan dalam memahami tentang teori – teori tersebut, berikut akan dibahas secara singkat tentang pandangan teori – teori tersebut tentang pendidikan :
a)      Jean Piaget
Jean Piaget seorang ahli Psikologi Perkembangan yang berasal dari Swiss, Ia dilahirkan pada tanggal 9 Agustus 1896, Piaget menyelidiki mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamahan. Bagi Piaget perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap dan interaksi aktif dengan lingkungan. Slavin (2008 : 42)
Hergenhahn dan Olson (2010) dalam bukunya Theories of Learning, menegaskan bahwa Piaget berpendapat tindakan yang cerdas adalah tindakan yang menimbulkan kondisi yang mendekati optimal untuk kelangsungan hidup organisme. Dengan kata lain intelegensi memungkinkan organisme untuk menangani secara efektif lingkungannya. Karena lingkungan dan organisme senantiasa berubah, sebuah interaksi yang “cerdas” antara keduanya juga pasti terus menerus berubah.
Dengan demikian Intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat pengalaman Piaget dalam Hergenhahn dan Olson (2010 :313). Selain itu juga, ditambahkan oleh Slavin (2008) bahwa Piaget mendefenisikan adaptasi sebagai proses menyesuaikan skema sebagai tanggapan atas lingkungan dengan cara asimilasi dan akomodasi. Asimilasi sendiri kata Slavin (2008) adalah proses memahami suatu objek atau peristiwa baru dari segi skema yang ada, sedangkan Akomodasi adalah mengubah skema yang ada agar sesuai dengan situasi baru.
Mekanisme asimilasi dan akomodasi serta kekuatan penggerak ekuilibrasi, akan menghasilkan pertumbuhan intelektual yang pelan tetapi pasti. Seperti yang digambarkan di bawah ini :

Gambar : Mekanisme Asimilasi dan Akomodasi (Hergenhahn dan Olson 2010)

a)      Lev Semionovich Vygotsky
Karya Vygotsky didasarkan pada dua gagasan utama, Pertama, Dia berpendapat bahwa perkembangan intelektual dapat dipahami hanya dari sudut konteks historis dan budaya yang dialami anak – anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem tanda yang ada bersama masing – masing orang ketika mereka bertumbuh. Slavin (2008 : 59). Lebih lanjut ditegaskan bahwa terdapat perbedaan antara Vygotsky dengan Piaget dalam hal perkembangan kognisi, menurut Vygotsky perkembangan kognisi sangat terkait dengan masukan dari orang – orang lain, namun kesamaan mereka terletak pada perolehan sistem – sistem tanda terjadi dalam urutan langkah – langkah tetap yang sama untuk semua anak.
Tahap I (Lanjut ....)   
Daftar Pustaka
B.R. Hergenhahn dan M. H. Olson, 2010, Theories of Learning (Teori Belajar)Edisi Ke-7, Jakarta Kencana Media Group
Redja Mudyahardjo, 2001, Pengantar Pendidikan, Jakarta Raja Grafindo Persada
Rusman, 2010, Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Bandung, Raja Grafindo Persada
Robert A. Salin, 2008; Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek Edisi ke-8, Jakarta, Indeks
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WASIAT SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH UNTUK ANAKNYA

"Tak lama lagi aku akan menghadap Allah Subhanahu waTa'ala. Namun aku sama sekali tidak merasa menyesal, sebab aku meninggalk...