Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi
Perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar Pada Pertemuan ke-5 atau pertemuan ke-3 perkuliahan online Program Studi Pendidikan Sejarah
A.
Pengertian Sains
Dalam kesadaran terjadi perbedaan antara kegiatan
menyadari dan isi kesadaran. Ada subjek yang menyadari dan ada objek yang
disadari. Dari objek yang terpisah dari subjek didapat pengetahuan yang
objektif dan berlaku universal karena didapat dari kegiatan menggali
pengetahuan tanpa melibatkan subjektivitas. Pengetahuan sendiri sebernya netral
dan bebas nilai, namun arah perkembangannya tergantung pada kehendak subjek
yang menggalinya. S. Wonorahardjo (2010 : 8).
Agus Purwanto (2009 : 187-188) dalam buku Ayat –
ayat semesta menegaskan bahwa Sains adalah prodak manusia seperti halnya musik,
film, lukisan, patung, bangunan dan banyak lagi lainnya. Setiap produk, apapun
jenisnya, pasti membawa tata nilai dan pandangan hidup atau pandangan dunia dari
produsennya. Sains sebagai produk manusia tidak dapat dikecualikan atau
diistimewakan. Ia membawa pandangan dunia tertentu kreatornya. Sains selain
lebih abstrak, juga relatif tidak memiliki bandingan. Didunai musik orang
mengenal musik barat, India, musik padang pasir, sementara sains sampai saat
ini kita hanya punya satu sains dominan, yakni sains moderen atau sains barat.
Lebih lanjut ditegaskan bahwa sains dapat dikatanakn sebagai produk manusia
dalam menyibak realitas, dengan demikian dapat dikatakan akan ada lebih dari
satu sains, dan sains satu dengan yang lain dibedakan pada apa makna realitas
dan cara apa yang dapat diteri untuk mengetahui realitas tersebut.
Istilah sains merupakan alih bahasa dari “science” yang berasal dari bahasa latin
“scire”, artinya “to khow” dalam arti sempit sains
diartikan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia memiliki dua pengertian. Pertama, ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode – metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerapkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan)btersebut. Kedua Ilmu diartikan sebagai pengetahuan
atau kepandaian. Tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin dan sebagainya.
Uyoh Sadulloh (2009 : 43). Selain pengertian ilmu dalam kamus Besar bahasa
Indonesia juga ditemukan kata “Sains”
yang berarti (1) Ilmu teratur (sistematis) yang dapat diuji atau dibuktikan
kebenarannya (2) Ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (fisika,
kimia, biologi)
Titus (1959) dalam Uyoh Sadulloh (2009 : 43)
menegaskan bahwa sains artinya sebagai common
sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda
– benda atau peristiwa – peristiwa dengan menggunakan metode observasi yang
teliti dan kritis. Selain Titus, Ashley Montagu, mendefenenisikan sains sebagai
pengatahuan yang disusun dan berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman
untuk menentukan hakekat dan prinsip
tentang hal yang dipelajari.
Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains
sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama
lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna
untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Selain Conant, Carin &
Sund (1989) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam
semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
S. Wonorahardjo
(2010 : 11) dalam buku Dasar – Dasar Sains mengatakan, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains (Inggris : science) berasal dari kata latin “scientia” yang berati, (1) pengetahuan
tentang atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan
mendalam. Lebih lanjut ditegaskan bahwa Ilmu merujuk ke (1) studi sistematis (systematical study), (2) tubuh
pengetahuan yang terorganisasi (the
organized body of knowledge), dan (3) pengetahuan teoritis (theoretical knowledge).
Sains merupakan
suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistemtisasisakn “common sense”, suatu pengetahuan yang
berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari – hari, dan
dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah. Uyo Sadulloh
(2009 : 44).
Harsoyo (1977)
dalam Uyo Sadulloh (2009 : 44) mengemukakan bahwa sains mengandung pengertian :
1)
Merupakan
akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang
terorganisasikan.
2)
Suatu pendekatan
atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia terikat oleh
faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh
pancaindra manusia.
Dari berbagai
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan, bahwa Sains merupakan suatu
pendekatan yang digunakan seseorang dalam mengamati secara langsung tentang
kejadian secara sistematis dan diuji
kebenarannya atau dapat dikatakan sains merupakan gambaran tentang hal – hal
yang dipelajari dalam runag dan waktu berdasarkan daya jangkauan logika dan
diamati oleh panca indra manusia.
B.
Karakteristik Sains
Kemajuan dalam
pengetahuan yang dihasilkan oleh sains itu memungkinkan, karena beberapa
karaktersitik yang dimiliki sains. Radall dan Buchker dalam Uyo Sadulloh (2009:
46) mengemukakan beberapa ciri umum sains, antara lain :
a)
Hasil sains
bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama. Artinya, hasil sain yang lalu
dapat dipergunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal – hal baru, dan tidak
menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan
atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
b)
Hasil sains
kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang
menyelidiknya adalah manusia. Tetapi perlu di sadari bahwa kesalahan – kesalahan
bukan karena metode, melainkan terletak pada manusia yang menggunkan metode
tersebut.
c)
Sain bersifat
objektif, artinya prosedur kerja atau cara kerja penggunaan metode sains tidak
bergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara
pribadi.
karakteristik
sains yang khas adalah sains ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan
secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk
sistem yang unik. Berdasarkan pada definisi tersebut, karakteristik sains yang
khas adalah sains ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan secara
berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem
yang unik. A. Widowati (2008 : 2) Lebih lanjut ia
menandaskan bahwa ”the whole science is
nothing more than a refinement of everyday thinking”. Kalimat tersebut
maksudnya adalah metode berpikir atau pola pikir sains tidak sama dengan pola
pikir sehari - hari, di mana berpikirnya harus menjalani “refinement” sehingga
cermat dan lengkap.
C.
Fungsi dan Sifat Sains
S.
Wonorahardjo (2010) dalam buku Dasar – dasar Sains mengemukakan bahwa Sains secara
pragmatis dapat ditinjau menurut fungsi – fungsinya, yakni :
1)
Sains membantu
manusia berpikir dalam pola sistematik;
Manusia
lebih menempatkan segala sesuatu ke dalam pikiran menurut struktur yang logis
dan lebih objektif. Hal ini menunjukkan bahwa sains berhubungan langsung dengan
peggunaan logika dan matematika dalam memecahkan permasalahan yang lebih
sistematis dan terukur.
2)
Sains dapat
menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain;
Berdasarkan
sifat-sifat utama sains, berupa :
a)
Analitis;
yaitu dapat meneliti setiap bagian dari objek dengan seksama dan terstruktur.
b)
Logis;
dapat dipikirkan dan diamati dengan sederhana serta memberikan serangkaian
sebab – akibat dalam proses-prosesnya.
c)
Sistematis;
urutan penjelasan harus ada dan sifatnya logis serta berhubungan dengan sebab
akibat. Selain itu penjelasan masing – masing bagian adalah hasil dari
pengelompokan atau klasifikasi berdasarkan pemikiran logis, tidak berlawanan
satu sama lain namun dapat pula saling menunjang dan melengkapi.
d)
Kausatif;
menjelaskan gejala alam berdasarkan penyebab – penyebabnya.
e)
Kuantitatif;
artinya dapat diukur dan apa yang dilaporkan dalam bentuk angka – angka dapat
dipercaya secara statistik.
Banyak
sekali gejala alam yang sebetulnya belum kita pahami dan sains membantu kita,
karena sains dibangun dari penemuan dan perumusan konsep dialam yang telah
diuji kebenarannya. Dengan demikian sains merupakan kumpulan pengetahuan
mengenai alam.
3)
Sains dapat
digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola
gejala alam yang dipelajari.
Jika
ada hukum alam dapat dijamin akan mengikuti hukum alam tersebut, atau
pengamatan ilmiah mengenai suatu objek akan menghasilkan pengetahuan mengenai
objek tersebut dan pengamatnya dapat mengenali gerak-gerik objeknya serta
meramalkan langkah-langkah alamiah objeknya. Hal ini yang kemudian menentukan
sifat Sains sebagai Kausatif.
4)
Sains digunakan
untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi kepentingan manusia.
Dengan
serangkaian pengamatan serius mengenai gejala alam dan dengan demikian sifat –
sifatnya diketahui manusia, manusia akan berusaha mengatur dan mengendalikan
alam dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan manusia.
5)
Sains digunakan
untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya mengenai alam.
Dari
pengamatan dan analisis yang mendalam mengenai alam ilmuan akan tau sampai
dimana alam dapat dimanfaatkan dan sampai dimana alam justru di rusak oleh
aktivitas manusia.
D.
Kelebihan dan Kekurangan Sains
1)
Kelebihan Sains
Tidak
bisa disangkal bahwa sains telah banyak memberikan sumbangannya terhadap
kehidupan ummat manusia, misalnya dalam perkembangan sains, dan teknologi
kedokteran, sains dan teknologi komunikasi dan informasi, karena Sains
merupakan hasil kerja pengalaman, observasi, eksperimen dan verifikasi.
Agus
Purwanto (2009 : 191) menggambarkan, bahwa fisika Newton berhasil secara
spektakuler menjelaskan sejumlah besar fenomena fisis. Keberhasilan ini
memunculkan perasaan yakin bahwa fisika Newtonian mampu menjelaskan semua
peristiwa. Para ilmuan yakin bahwa the
ultimate theory telah didapatkan. Keyakinan ini dipresentasikan oleh James
Clark Maxwell saat tampil memberi kuliah inaugurasi di Universitas Cambridge
pada 1871. Maxwell menyatakan optimismenya bahwa dalam waktu dekat semua
konstanta fisika akan terestimasi. Alasannya mekanika klasik dan
elektrodinamika, selain dipandang mampu menggambarkan semua fenomena fisis,
juga telah memicu revolusi industri.
S.
Wonohardjo (2009 : 70) juga memberikan penjelasan bahwa alam merupakan sumber
pengetahuan yang utama bagi manusia, manusia dapat menyadari alamnya lewat
pengamatan seksama yang dilanjutkan dengan mempelajari lebih jauh lagi apa yang
telah diamati tersebut.
2)
Kekurangan Sains
Ada
beberapa kekurangan sains menurut Uyoh Sadulloh ( 2003 : 48) :
a)
Sains bersifat
objektif, menyampingkan penilaian yang sifatnya subjektif. Sain menyampingkan
tujuan hidup, sehingga dengan demikian sains dan teknologi tidak bisa dijadikan
pembimbing bagi manusia dalam menjalani hidup ini (Hocking, 1942)
b)
Manusia hidup
dalam kurun waktu yang panjang. Jika ia terbenar dalam dunia fisik, maka akan
hampa dari makna dalam hidup yang penuh arti ini. Oleh karena itu sains
membutuhkan pendamping dalam operasinya, selain filsafat untuk memberikan nilai
– nilai hidup, yang paling penting adalah agama yang memiliki kebenaran dan
nilai – nilai hidup yang mutlak. Albert
Einstein mengatakan Sains tanpa agama lumpuh dan agama tanpa
sains adalah buta (Science withouot
religion is lame, religion without science is blind).
Pandangan
ini juga digambarkan oleh Agus Purwanto dalam bukunya yang berjudul Ayat – ayat
Semesta, bahwa Sains modern telah bergerak menuju deisme, kepercayaan bahwa
Tuhan memulai alam semsta, tetapi kemudian membiarkannya berjalan sendiri. Jika
dianalogikan dengan jam, peran Tuhan seolah – olah dibatasi sebagai pembuat jam
belaka, setelah itu diam dikejauhan dan membiarkan jam berjalan sendiri sampai
rusak. Tuhan yang pensiun, deus otiosus,
karena Tuhan tidak mempunyai pekerjaan lagi.
E.
Sains di Masa Depan
Sejarah ilmu pengetahuan telah membuktikan kebenaran
ketundukan ciptaan kepada Sang Pencipta. Klaim kepensiunan dan ketiadaan Tuhan
para filsuf dan ilmuan ateis yang menyandarkan arugemnnya pada fisika klasik
akhirnya dimungkiri sendiri oleh sains. Tepatnya fisika moderen. Sain
memperlihatkan bahwa Tuhan tidak pensiun melainkan terus menerus mencipta,
menghancurkan, dan mengulangi aksi penciptaan makhluk Nya. A. Purwanto (2009 :
196). Lebih lanjut pada halaman (344) A.
Aktivitas – aktivitas yang mengawali lahirnya sains
baru akan menghasilkan perubahan dan pembentukan struktur baru yang
menghasilkan paradigma baru yang dicetuskan oleh masyarakat ilmiah tertentu.
Dalam proses ini paradigma baru dapat dibangun dari asumsi teoritis yang umum
dan teknik serta metode yang dipilih dan diadopsi oleh masyarakat ilmiah. S.
Wonorahardjo. (2009 : 121)
Titik berat sains di masa depan kemungkinan besar
akan menggarap dua lapangan penting, yaitu teknologi komunikasi dan upaya
pemecahan masalah krisis energi yang tidak dapat lagi bergantung pada sumber
energi alami seperti minyak dan gas bumi, energi batu bara, energi air, serta
energi angin. Sains makro (alam lingkungan hidup manusia) dan sains mikro (molekul,
atom, dan inti atom) akan semakin berkembang dan mendalam dengan komunikasi
yang baik antara keduanya. Sain murni dan sains aplikatif (dalam teknologi)
sama – sama lebih berkembang dan menunjang satu sama lain. Semua ini akan
sangat ditunjang oleh teknologi komputasi yang dapat melakukan perhitungan tingkat
tinggi dan sangat teliti serta dapat dipercaya. S. Wonorahardjo. (2009 : 175).
Lebih lanjut ditegaskan bahwa dengan adanya komputer dan bahasa matematika yang
semakin canggih maka apapun kerja teoritis akan menghasilkan segala rumusan
gejala alam ditinjau dari segi teoritis. Dan untuk membuktikannya dilakukan
perlakuan empiris.
Suasana pemikiran yang lebih terpusat pada informasi
akan menggeser pemahaman tentang alam yang dipikirkan oleh manusia di era
sebelumnya. Sains moderen dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan di zaman
moderen. Selain itu sains sendiri bertambah dimensinya dari waktu – ke waktu
karena banyaknya kontak dan integrasi dengan materi di bidang kajian ilmu
lainnya.
Daftar Pustaka
Agus Purwanto, 2009, Ayat – Ayat
Semesta Sisi – Sisi Al-Quran yang
Terlupakan Bandung, Mizan Media Utama
J. S. Suriasumantri, 2010 Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta
Pustaka Sinar Harapan.
S. Wonorahardjo 2010, Dasar –
dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar
Sains, Jakarta Indeks.
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta
Asri Widowati, 2008, Diktat Pendidikan Sains,
Fakultas MIPA Universitas Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar