Minggu, 29 Maret 2020

METODE ILMIAH


Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi Perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar Pada Pertemuan ke-4  Program Studi Pendidikan Sejarah
A.    Pengertian Metode Ilmiah
Kebenaran haruslah sesuai dengan kenyataan objeknya. Mengenai kebenaran para ahli sejak zaman Yunani telah memperdebatkannya. Sebenarnya para pemikir saat ini hanya melengkapi dan menyempurnakan apa yang telah diperdebatkan sezak zaman Plato dan Aristoteles. Sebagaimana yang dikemukakan Karl Jaspers (1883 – 1969) dalam S. Wonorahardjo (2010 : 137), sejak zaman awal manusia berpikir secara terstruktur, hal benar-salah juga menjadi pertimbangan dalam pembentukan dan pengembangan struktur pengetahuan. Lebih lanjut S. Wonorahardjo mengemukakan kebenaran menurut kesesuaian dan menurut keteguhan dapat disingkat sebagai kebenaran empiris dan kebenaran logis jika dilihat dari cara mendapatkannya. Yang empiris selalu mengawali yang logis karena objektivitas tidak terbantahkan pada percobaan empiris lebih menjamin dari pada logika turunan.
John Dewey dalam S. Wonohardjo (2010 : 143) menegaskan bahwa penelitian ilmiah selalu diilhami keraguan atau ketidak pastian awal, yang nantinya akan menimbulkan ide. Ide ini dianggap benar jika hasilnya nanti benar – benar membantu memuaskan ilmuan.
Metodologi memiliki peran penting dalam proses penelitian, terutama dalam pencarian masalah, pencarian data, penarikan simpulan dan pemaknaan hasil penelitian. Kata metodologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yang telah dikembangkan dalam dunia keilmuan serta telah meluas ke-semua disiplin ilmu.  Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hodos”. Meta berarti melalui sedangkan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian maka metode dapat  berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya cara – cara atau langkah – langkah tertentu dengan perurutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar. Tidak semua orang melewati tertib pendekatan ilmiah untuk sampai kepada pengetahuan yang benar mengenai hal yang dipertanyakan. Bahkan di kalangan masyarakat banyak pendekatan non ilmiah digunakan untuk mencapai tujuan. Sumadi Suryabrata (2003 : 3)
Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan fakta). Surya Dharma (2008 : 1)
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmiah. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat – syarat tertentu. Syarat – syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah.  J.S. Suryasumantri (2009 : 119)
Metode berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehingga fungsi metode adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara kegiatan ilmiah memiliki karakteristik tersendiri, baik dari sisi kaidah, konsep, maupun langkah-langkah dalam kegiatan. Sebuah kegiatan dapat dikategorikan ilmiah jika telah memenuhi unsur – unsur ilmiah, yaitu objektif, metodis, sistematis dan bersifat universal. H. M. Musfiqon (2012 : 4 -5). Lebih lanjut ditegaskan bahwa jika kedua kata tersebut disandingkan maka dapat dikatakan bahwa metode ilmiah adalah prosedur, tata cara, dan langkah sistematis yang diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas persepsi indrawi dan melibatkan uji coba hipotesis serta teori secara terkendali.
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan melalui penggunaan  metode ilmiah.Hasilnya disebut pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Syafaruddin,( 2008, 92-95).
Metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan empirisme. Dengan rasionalisme diperoleh landasan pemikiran terpadu dan mantik dan dengan empirisme diperoleh kerangka pengujian dan memastikan kebenaran. Einsten berkata bahwa “Fakta membentuk pengetahuan dan pada gilirannya pengetahuan menghasilakn fakta”. Maka Ilmu terdiri atas fakta dan teori. T. Notohadiprawiro (2006 : 12)  

Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa  metode ilmiah adalah suatu kerangka berfikir manusia dalam menyusun gagasan, yang beraturan, dan terarah serta saling keterikatan antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

B.     Unsur – Unsur Metode Ilmiah.
T. Noto hadiprawiro (1992) dalam makalahnya menegaskan bahwa unsur – unsur metode ialah wawasan intelektual, konsep, cara penghampiran (approach) persoalan, dan rancang bangun alas data  (database). Wawasan Intelektual berkenaan dengan nalar, tanggap rasa (sensation), cerapan (perception), pengalaman, dan Ilmu pengetahuan. Konsep adalah hasil proses intelektual berupa kejadian imajinatif untuk memperluas atau memperkaya cerapan, sehingga dapat dibentuk gagasan baru yang dapat menganalisis persoalan secara lebih cermat. Cara berkenaan dengan pola berfikir. Alas data ialah cerminan citra tentang “Kenyataan”. Alas data dirancangbangun sedemikain rupa agar semua data yang terkumpulkan dapat dialokasikan kepada kedudukan atau fungsinya yang sepadan menurut maksud dan tujuan penelitian.
Surya Dharma (2008 : 9) mengemukakan bahwa, untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, penelitian harus mengandung unsur keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang dilaksanakan secara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada karakeristik keilmuan yaitu:
1)      Rasional : penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
2)      Empiris : menggunakan cara – cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan menggunakan panca indra manusia
3)      Sistematis : menggunakan proses dengan langkah – langkah tertentu yang bersifat logis.
Danim dalam Musfiqon (2012 : 10) mengemukakan bahwa sebuah metode ilmiah harus memenuhi sejumlah kriteria, yaitu :
1)      Ada terminologinya
2)      Berdasarkan bukti – bukti empiris
3)      Bebas dari nilai individual, tidak subjektif
4)      Sistematis dalam tahapannya
5)      Menggunakan prinsip – prinsip analisis
6)      Ada hipotesis yang diuji
7)      Menggunakan ukuran objektif
8)      Menggunakan teknik – teknik kuantifikasi
Dalam upaya mencapai tingkat kebenaran ilmiah juga dikemukakan oleh S. Wonohardjo (2010 : 146), dengan istilah sifat – sifat dasar yang harusnya terkandung dalam kebenaran saat ini, yaitu (a) strukturnya rasional dan logis, (b) mengandung isi empiris, dan (c) dapat diterapkan, hasilnya berguna (pragmatis).
Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur metode ilmiah terdiri atas: (a) kualitas ilmiah, dalam artian kebenaran sumber dalam kajian ilmiah harus sesuai. (b) hubungan ilmiah, hal ini terkait dengan bagaimana sumber – sumber ilmiah memiliki keterikatan, sehingga terbentuk suatu kaidah ilmiah yang rasional dan objektif, (c) Nilai Ilmiah, berhubungan langsung dengan sejauh mana peran subjek yang menentukan nilai dalam suatu kajian ilmiah.

C.    Prosedur Ilmiah
Prosedur ilmiah atau lebih dikenal dengan prosedur penelitian adalah bagian terpenting dalam pencarian identitas ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh J.S. Suriasumantri (2010 : 124) teori merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris, sehingga penggabungan tersebut membentuk langkah – langkah yang disebut metode ilmiah. Hal ini bertalian dengan pemenuhan syarat dalam teori ilmiah, yakni (a) konsisten dengan teori – teori sebelumnya, (b) kesesuaian dengan fakta – fakta empiris.
Ritchie Calder dalam J.S. Suriasumantri (2010 : 121) menuturkan bahwa proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu, sehingga dalam hal mengamati manusia pada akhirnya mendapatkan berbagai masalah, sehingga perlu untuk diselesaikan masalah tersebut. Pandangan ini diperkuat oleh John Dewey, bahwa perhatian manusia mengarah pada suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan.
J. S. Suriasumantri (2010 : 309) menggambarkan langkah – langkah penulisan ilmiah, yakni :
1.      Pengajuan Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Pada hakekatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor – faktor lain. Secara operasional suatu gejalah baru dapat disebut masalah bila gejalah itu terdapat dalam suatu situasi tertentu. Untuk dapat menguasai masalah dalam penelitian, maka perlu dilakukan; (a) memahami latar belakang masalah, (b) mengidentifikasi masalah, (c) pembatasan masalah, (d) perumusan Masalah, (e) tujuan penelitian dan (f) kegunaan penelitian.
2.      Penyusunan Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Setelah masalah dirumuskan, dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakekatnya adalah mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar mendapatkan jawaban yang diinginkan. Penjelasan ini senada dengan semboyan ilmiah “Yakinkan secara logis dengan kerangka teoritis ilmiah dan buktikan secara empiris dengan pengumpulan fakta yang relevan.
3.      Metodologi Penelitian
Metodologi adalah pengetahuan tentang metode – metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam penelitian. Setiap penelitian pada hakekatnya mempunyai metode penelitian masing – masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
4.      Hasil Penelitian
Dalam membahas hasil penelitian maka harus selalu diingat bahwa tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan. Pada hakekatnya sebuah hasil penelitian yang baik tidak berhenti pada kesimpulan apakah sebuah hipotesis diterima atau ditolak melainkan dilengkapi dengan evaluasi mengenai kesimpulan tersebut.
5.      Ringkasan dan Kesimpulan
Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalaha, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesi merupakan buah dari kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh.
Daftar Pustaka
H. M. Musfiqon, 2015, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta Prestasi Pusaka Publisher
J. S. Suriasumantri, 2010 Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Pustaka Sinar Harapan.
Suwartono, 2014, Dasar – Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta, Andi
S. Wonorahardjo 2010, Dasar – dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar Sains, Jakarta Indeks.
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta
Sugiyono 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, bandung, Alfabeta
T. Notohadiprawiro, 2006, Makalah Latihan dasar Pemeriksa Karantina Ikan, Yogyakarta Departemen Pertanian.

Sabtu, 28 Maret 2020

PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM


Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi Perkuliahan Pengantar Pendidikan Pada Pertemuan ke-6 Program Studi Pendidikan Fisika


A.    Pengertian Sistem
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses. Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Wina Sanjaya (2006 : 49)  
Roger A Kaufman (2006) mengemukakan bahwa  sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagian yang bekerja secara independent dan bekerja bersama untuk mencapai hasil yang dikehendaki berdasarkan asas kebutuhan.
Notonagoro (2010) menegaskan bahwa system adalah suatu rangkaian keseluruhan kebutuhan sebagai kesatuan, selain itu Wina Sanjaya (2009 : 195) juga mengatakan bahwa sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Lebih lanjut Wina Sanjaya menambahakan bawa dari pengertian tersebut, maka ada tiga hal yang menjadi karakteristik suatu sistem, yakni; (1) setiap sistem pasti memiliki tujuan, (2) sistem selalu mengandung suatu proses (3) proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur – unsur tersebut.
Sistem merupakan  suatu kesatuan integral dari sejumlah komponen. Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling berpengaruh dengan fungsinya masing-masing, Tetapi secara fungsi komponen-komponen itu, terarah pada pencapaian tujuan (tujuan dari sistem).
Dari berbagai pengertian diatas, dapat dismpulkan bahwa sistem adalah suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan dari komponen-komponen yang saling berinteraksi atau interdependensi dalam mencapai tujuan.
Suatu sistem memiliki ukuran dan batas yang relatif. Bisa terjadi suatu sistem tertentu pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih luas. Misalnya sistem pembelajaran yang memiliki komponen – komponen tertentu pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan; dan sistem pendidikan merupakan subsistem dari sistem sosial masyarakat. Wina Sanjaya (2009 : 196)
Ely (1972) dalam Wina Sanjaya (2009 : 197) mengemukakan bahwa sistem bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.  Lebih lanjut ditegaskan bahwa proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran memiliki beberapa keuntungan, yakni :
1.      Melalui sistem perencanaan yang matang, guru akan terhidar dari keberhasilan secara untung – untungan, dengan demikian sistem memiliki daya ramal yang kuat tentang keberhasilan suatu proses pembelajaran.
2.      Melalui sistem perencanaan yang sistematik, setiap guru dapat menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3.      Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.       

B.     Teori Sistem
1.      R. Mudyahardjo (2001 : 41) menyebutkan Karakteristik Teori Sistem terdiri dari :
a)      Keseluruhan adalah hal yang utama dan bagian – bagian adalah hal yang kedua.
b)      Integrasi adalah kondisi saling hubungan antara bagian – bagian dalam suatu sistem
c)      Bagian – bagian membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan
d)     Bagian – bagian memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari keseluruhan.
e)      Sifat bagian dan fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan terhadap hubungan – hubungan bagiannya.
f)       Keseluruhan adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau sebuah konfigurasi dari energi dan berperilaku seperti sesuatu unsur tunggal yang tidak kompleks.
g)      Segala sesuatu haruslah dimulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan bagian – bagian serta hubungan – hubungan, baru kemudian terjadi secara berangsur – angsur.
2.      Pendidikan Sebagai Sistem
Pendidikan adalah satu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mencapai kualitas hidup yang  diharapkan. Pendidikan merupakan sistem sosial. Sistem sosial merupakan sebuah kesatuan peristiwa atau kejadian yang dilakukan sekelompok orang untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan.
Pendidikan merupakan sistem sosial. Sistem sosial merupakan sebuah kesatuan peristiwa atau kejadian yang dilakukan sekelompok orang untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. Sebagai sistem sosial, pendidikan merupakan sistem terbuka, dibatasi sebagai sistem yang memperoleh masukan dari lingkungan dan memberikan hasil transformasinya kepada lingkungan.
Sebagai sistem terbuka sistem memiliki ciri-ciri :
1.        Mengambil energi (masukan) dari lingkungan;
2.        Mentransformasikan energi yang tersedia;
3.        Memberikan hasil kepada lingkungan;
4.        Sistem merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus berlangsung;
5.        Untuk dapat hidup terus, sistem harus bergerak melawan proses  entropi;
6.        Masukan sistem tidak hanya bersifat material, tetapi juga  informasi yang pengambilannya bersifat selektif dan balikannya merupakan balikan negative;
7.        Dalam sistem terdapat dalam keadaan statis dan keseimbangan intern (homeostatis) yang dinamis;
8.        Sistem bergerak kepada melakukan peranan yang makin deferensial;
9.        Sistem dapat mencapai keadaan akhir yang sama dengan kondisi awal  yang berbeda dan dengan cara-cara pencapaian yang tidak  sama;




1.      Tipe – Tipe Sistem
1)      Sistem Alam dan Sistem Buatan
a)      Sistem Alami
Sistem ini merupakan benda – benda atau peristiwa – peristiwa alam yang bekerja berdasarkan hukum – hukum alam, dan hubungan antara masukan dengan hasil dapat diramalkan secara ilmiah.
b)      Sistem Buatan Manusia
Sistem yang dirancang, dilaksanakan, dan dikendalikan oleh manusia, dan hubungan antara masukan yang diambil dari sistem alami, dengan hasil diatur oleh manusia.
2)        Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
a)      Sistem Tertutup
Sistem yang struktur organisasi bagian – bagiannya tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang – kurangnya dalam jangka waktu pendek. Struktur bagian – bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.  
b)      Sistem Terbuka
Sistem yang struktur bagiannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan yang terus menerus berubah – ubah dalam usaha dapat mencapai kapasitas optimalnya. Struktur bagian – bagian bersifat lentur dan bentuk operasinya dinamis.
Karakteristik sistem terbuka yaitu :
(1). Mendatangkan energi
Sistem terbuka mengimpor beberapa bentuk energi dari lingkungan.
(2). Mengekspor hasil
Sistem terbuka mentransformasikan energi yang tersedia
(3) Mengekspor hasil
Sistem terbuka menyampaikan sesuatu hasil kepada lingkungan
(4) Sebuah Rangkaian Peristiwa
Sistem terbuka merupakan sistem yang mempunyai pola kegiatan dan pertukaran energi yang merupakan suatu pertukaran.
(5) Negentropi
Sistem terbuka harus bergerak melawan proses entropi atau proses menuju kehancuran, agar terus dapat hidup.
(6) Balikan negatif
Sistem terbuka memperoleh informasi tentang kekurangan – kekurangan produk/ jasa yang dihasilkan yang dapat digunakan untuk melakukan perbaikan sistem
(7) Homoestatis dinamis
Sistem terbuka mempunyai mekanisme dalam dirinya untuk mengatur sedemikian rupa sehingga mencapai suatu keadaan yang mantap yang terus berubah mengikuti perubahan – perubahan lingkungan
(8) Diferensiasi
Sistem terbuka cenderung berkembang menuju multiplikasi atau perbanyakan dan elaborasi atau perincian peranan – peranan dengan spesialisasi fungsi yang lebih besar dari bagian – bagiannya.
(9) Ekuifinalitas
Sistem terbuka mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mencapai hasil – hasil yang sama dari kondisi – kondisi yang berbeda dengan menggunakan proses yang berbeda.

A.    Suprasistem Dalam Sistem Pendidikan Nasional
Suprasistem dari sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan kehidupan masyarakat dalam bernegara dan berbangsa, yang mencakup masyarakat nasional domestik atau masyarakat dalam negeri sebagai lingkungan proksimal dan masyarakat Internasional sebagai lingkungan distal.
Sistem – sistem kehidupan yang berada dalam suprasistem dari sistem pendidikan nasional yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan nasional adalah :
1)      Sistem Sosial Budaya
Sistem sosial budaya adalah keseluruhan bentuk tatanan kehidupan bersama/ berkelompok yang mempunya pola budaya tertentu
Implikasi dari sistem sosial budaya terhadap sistem pendidikan nasional  berupa (a). Kondisi sistem sosial menjadi landasan ekologis sitem pendidikan nasional dan (b) kondisi sistem budaya menjadi landasan idiil sistem pendidikan nasional
2)      Sistem Biososial (Penduduk)
Penduduk adalah kumpulan orang yang menghuni sesuatu kesatuan wilayah. Sistem biososial yaitu kumpulan orang yang memiliki struktur tertentu
Implikasi Sistem biososial terhadap sistem pendidikan nasioanal berupa (a) penduduk sebagai sistem biososial menyiratkan adanya suatu permintaan masyarakat akan pendidikan “socity’s social demand of education” secara kualitatif dan kauntitatif, (b) penduduk sebagai sistem biososial menjadi landasan operasional sistem pendidikan nasional
3)      Sistem Ekonomi Makro
Studi perilaku perekonomian secara agrerat, misalnya tentang kemakmuran dan resesi, output barang dan jasa, total perekonomian dan laju pertumbuhan output, laju inflasi dan pengangguran, neraca pembayaran dan nilai kurs.
Implikasi sistem ekonomi makro terhadap dunia pendidikan dapat dilihat dari (a) kondisi ekonomi makro negara menjadi landasan operasional sistem pendidikan nasional dan (b) pendapatan perkapita menjadi landasan operasional sistem pendidikan, dalam arti menentukan rata – rata setiap keluarga dalam menyediakan biaya pendidikan.  
4)      Sistem Politik
Sistem memperoleh kekuasaan dan menggunakannya untuk mewujudkan cita – cita hidup bernegara dan berbangsa.
Implikasi sistem politik terhadap dunia pendidikan nasional berupa (a) kondisi sistem politik menjadi landasan manajerial sistem pendidikan nasional pola pemerintahan negara dapat mempengaruhi perencanaan, kepemimpinan, pengorganisasian, pengawasan dan pengembangan, (b) kondisi sistem politik menjadi landasan manajerial sistem pendidikan nasional.

B.     Sistem Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan
Sebagaimana yang telah dikemukan diatas, bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. sehingga dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, diperlukan penyusunan standar proses pendidikan. Penyusunan ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan pendidikan ditingkat satuan pendidikan, maupun yang dilaksanakan oleh guru dalam satu proses pembelajaran.
Kaitannya dengan standar proses, ada beberapa faktor yang  berpengaruh terhadap sistem pendidikan nasional, yakni :
1.      Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Arends (2004 : 16)  menegaskan bahwa Guru tidak akan ke sekolah dengan mengetahui segala hal yang harus mereka ketahui, tetapi dengan mengetahui bagaimana Menemukan apa yang perlu mereka ketahui, kemana memperolehnya, dan bagaimana cara membantu orang lain untuk memaknainya.   
2.      Faktor Peserta Didik
Peserta didik (siswa) adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 ditegaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat  yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses  pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Senada dengan pengertian peserta didik dalam UU No. 20 tahun 2003, Sudarwan Danim (2010: 1) juga mengemukakan bahwa Peserta didik merupakan sumber utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal”. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa adanya peserta didik.
Oemar Hamalik (2004: 99) menjelaskan bahwa Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran.  Abu Ahmadi (1991: 251) mengemukakan Peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.
3.      Faktor sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Kaitannya dengan kelengkapan sarana dan prasarana bagi satuan pendidikan, sangat bermanfaat bagi (a) menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam pembelajaran (b) memberikan berbagai pilihan pada peserta didik untuk belajar.
4.      Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas berkaitan langsung dengan jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar. Kaitannya dengan peserta didik, Uyo Sadullah memberikan penjelasan terkait 4 (empat) karakteristik :
1)      Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan makhluk yang unik.
2)      Individu yang sedang berkembang. Anak mengalami perubahan dalam dirinya secara wajar.
3)       Individu yang membutuhkan bimbingan individual.
4)      Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang kea rah kedewasaan.
Dari 4 (empat) karakteristik diatas, menunjukkan bahwa, jika dalam suatu proses pembelajaran yang terdiri dari jumlah peserta didik yang banyak, maka dibutuhkan suatu ketrampilan yang baik sehingga dapat memberikan kepuasan yang sama pada peserta didik dengan keterbatasan waktu yang dimiliki.
Daftar Pustaka
Anderson W. Lorin et.al, 2010 Pembelajarn, Pengajaran dan Asesmen, Yogyakarta Pustaka Pelajar.
Buhari Alma, 2010, Guru Profesional, Bandung, Alfabeta
Oemar H. Malik 2009, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta Bumi Aksara
Redja Mudyahardjo, 2001, Pengantar Pendidikan, Jakarta Raja Grafindo Persada
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta
Wina Sanjaya 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, jakarta, Kencana




WASIAT SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH UNTUK ANAKNYA

"Tak lama lagi aku akan menghadap Allah Subhanahu waTa'ala. Namun aku sama sekali tidak merasa menyesal, sebab aku meninggalk...