Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi Perkuliahan Pengantar Pendidikan Pada Pertemuan ke-6 Program
Studi Pendidikan Fisika
A.
Pengertian Sistem
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui
pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat mempengaruhi
keberhasilan suatu proses. Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama
lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang
diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Wina
Sanjaya (2006 : 49)
Roger A Kaufman (2006)
mengemukakan bahwa sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagian yang bekerja
secara independent dan bekerja bersama untuk mencapai hasil yang dikehendaki
berdasarkan asas kebutuhan.
Notonagoro (2010) menegaskan bahwa system adalah suatu rangkaian keseluruhan kebutuhan sebagai kesatuan, selain itu Wina
Sanjaya (2009 : 195) juga mengatakan bahwa sistem adalah satu kesatuan komponen
yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai
suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut Wina Sanjaya menambahakan bawa dari pengertian tersebut, maka ada
tiga hal yang menjadi karakteristik suatu sistem, yakni; (1) setiap sistem
pasti memiliki tujuan, (2) sistem selalu mengandung suatu proses (3) proses
kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai
komponen atau unsur – unsur tersebut.
Sistem merupakan suatu kesatuan integral dari sejumlah
komponen. Komponen-komponen tersebut satu sama lain
saling berpengaruh dengan fungsinya masing-masing, Tetapi secara fungsi
komponen-komponen itu, terarah pada pencapaian tujuan (tujuan dari sistem).
Dari berbagai pengertian diatas, dapat dismpulkan
bahwa sistem adalah suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan dari komponen-komponen
yang saling berinteraksi atau interdependensi dalam mencapai tujuan.
Suatu sistem memiliki ukuran dan batas yang
relatif. Bisa terjadi suatu sistem tertentu pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih
luas. Misalnya sistem pembelajaran yang memiliki komponen – komponen tertentu
pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan; dan sistem pendidikan
merupakan subsistem dari sistem sosial masyarakat. Wina Sanjaya (2009 : 196)
Ely (1972) dalam Wina Sanjaya (2009 : 197)
mengemukakan bahwa sistem bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu
proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat
membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Lebih lanjut ditegaskan bahwa proses
perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran memiliki beberapa
keuntungan, yakni :
1.
Melalui
sistem perencanaan yang matang, guru akan terhidar dari keberhasilan secara
untung – untungan, dengan demikian sistem memiliki daya ramal yang kuat tentang
keberhasilan suatu proses pembelajaran.
2.
Melalui
sistem perencanaan yang sistematik, setiap guru dapat menggambarkan berbagai
hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3.
Melalui
sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan
berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.
B.
Teori Sistem
1.
R. Mudyahardjo (2001 : 41) menyebutkan Karakteristik
Teori Sistem terdiri dari :
a)
Keseluruhan adalah
hal yang utama dan bagian – bagian adalah hal yang kedua.
b)
Integrasi adalah
kondisi saling hubungan antara bagian – bagian dalam suatu sistem
c)
Bagian – bagian
membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan
d)
Bagian – bagian
memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari
keseluruhan.
e)
Sifat bagian dan
fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan
terhadap hubungan – hubungan bagiannya.
f)
Keseluruhan
adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau sebuah konfigurasi dari energi
dan berperilaku seperti sesuatu unsur tunggal yang tidak kompleks.
g)
Segala sesuatu
haruslah dimulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan bagian – bagian
serta hubungan – hubungan, baru kemudian terjadi secara berangsur – angsur.
2.
Pendidikan
Sebagai Sistem
Pendidikan adalah satu
keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai
hubungan fungsional dalam membantu terjadinya
proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mencapai
kualitas hidup yang diharapkan. Pendidikan merupakan sistem sosial. Sistem sosial
merupakan sebuah kesatuan peristiwa atau kejadian yang dilakukan sekelompok
orang untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan.
Pendidikan
merupakan sistem sosial. Sistem sosial merupakan sebuah kesatuan peristiwa atau
kejadian yang dilakukan sekelompok orang untuk mencapai suatu hasil yang
diharapkan. Sebagai sistem
sosial, pendidikan merupakan sistem terbuka, dibatasi sebagai sistem yang
memperoleh masukan dari lingkungan dan memberikan hasil transformasinya kepada
lingkungan.
Sebagai sistem terbuka sistem memiliki ciri-ciri :
1.
Mengambil energi (masukan) dari lingkungan;
2.
Mentransformasikan energi yang tersedia;
3.
Memberikan hasil kepada lingkungan;
4.
Sistem merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus berlangsung;
5.
Untuk dapat hidup terus, sistem harus
bergerak melawan proses entropi;
6.
Masukan sistem tidak hanya bersifat material, tetapi
juga informasi yang pengambilannya
bersifat selektif dan balikannya merupakan balikan negative;
7.
Dalam sistem terdapat dalam keadaan statis dan
keseimbangan intern (homeostatis) yang dinamis;
8.
Sistem bergerak kepada melakukan peranan yang makin
deferensial;
9.
Sistem
dapat mencapai keadaan akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dan dengan cara-cara pencapaian
yang tidak sama;
1.
Tipe – Tipe
Sistem
1)
Sistem Alam dan Sistem Buatan
a)
Sistem Alami
Sistem
ini merupakan benda – benda atau peristiwa – peristiwa alam yang bekerja
berdasarkan hukum – hukum alam, dan hubungan antara masukan dengan hasil dapat
diramalkan secara ilmiah.
b)
Sistem Buatan
Manusia
Sistem
yang dirancang, dilaksanakan, dan dikendalikan oleh manusia, dan hubungan
antara masukan yang diambil dari sistem alami, dengan hasil diatur oleh
manusia.
2)
Sistem
Tertutup dan Sistem Terbuka
a)
Sistem Tertutup
Sistem
yang struktur organisasi bagian – bagiannya tidak mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sekurang – kurangnya dalam jangka waktu pendek. Struktur bagian
– bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.
b)
Sistem Terbuka
Sistem
yang struktur bagiannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan
yang terus menerus berubah – ubah dalam usaha dapat mencapai kapasitas
optimalnya. Struktur bagian – bagian bersifat lentur dan bentuk operasinya
dinamis.
Karakteristik
sistem terbuka yaitu :
(1).
Mendatangkan energi
Sistem
terbuka mengimpor beberapa bentuk energi dari lingkungan.
(2).
Mengekspor hasil
Sistem
terbuka mentransformasikan energi yang tersedia
(3)
Mengekspor hasil
Sistem
terbuka menyampaikan sesuatu hasil kepada lingkungan
(4)
Sebuah Rangkaian Peristiwa
Sistem
terbuka merupakan sistem yang mempunyai pola kegiatan dan pertukaran energi
yang merupakan suatu pertukaran.
(5)
Negentropi
Sistem
terbuka harus bergerak melawan proses entropi atau proses menuju kehancuran,
agar terus dapat hidup.
(6)
Balikan negatif
Sistem
terbuka memperoleh informasi tentang kekurangan – kekurangan produk/ jasa yang
dihasilkan yang dapat digunakan untuk melakukan perbaikan sistem
(7)
Homoestatis dinamis
Sistem
terbuka mempunyai mekanisme dalam dirinya untuk mengatur sedemikian rupa
sehingga mencapai suatu keadaan yang mantap yang terus berubah mengikuti
perubahan – perubahan lingkungan
(8)
Diferensiasi
Sistem
terbuka cenderung berkembang menuju multiplikasi atau perbanyakan dan elaborasi
atau perincian peranan – peranan dengan spesialisasi fungsi yang lebih besar
dari bagian – bagiannya.
(9)
Ekuifinalitas
Sistem
terbuka mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mencapai hasil – hasil yang sama
dari kondisi – kondisi yang berbeda dengan menggunakan proses yang berbeda.
A.
Suprasistem Dalam Sistem Pendidikan Nasional
Suprasistem
dari sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan kehidupan masyarakat dalam
bernegara dan berbangsa, yang mencakup masyarakat nasional domestik atau
masyarakat dalam negeri sebagai lingkungan proksimal dan masyarakat
Internasional sebagai lingkungan distal.
Sistem
– sistem kehidupan yang berada dalam suprasistem dari sistem pendidikan
nasional yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan nasional adalah :
1)
Sistem Sosial Budaya
Sistem
sosial budaya adalah keseluruhan bentuk tatanan kehidupan bersama/ berkelompok
yang mempunya pola budaya tertentu
Implikasi
dari sistem sosial budaya terhadap sistem pendidikan nasional berupa (a). Kondisi sistem sosial menjadi
landasan ekologis sitem pendidikan nasional dan (b) kondisi sistem budaya
menjadi landasan idiil sistem pendidikan nasional
2)
Sistem Biososial (Penduduk)
Penduduk
adalah kumpulan orang yang menghuni sesuatu kesatuan wilayah. Sistem biososial
yaitu kumpulan orang yang memiliki struktur tertentu
Implikasi
Sistem biososial terhadap sistem pendidikan nasioanal berupa (a) penduduk
sebagai sistem biososial menyiratkan adanya suatu permintaan masyarakat akan
pendidikan “socity’s social demand of
education” secara kualitatif dan kauntitatif, (b) penduduk sebagai sistem
biososial menjadi landasan operasional sistem pendidikan nasional
3)
Sistem Ekonomi Makro
Studi
perilaku perekonomian secara agrerat, misalnya tentang kemakmuran dan resesi,
output barang dan jasa, total perekonomian dan laju pertumbuhan output, laju
inflasi dan pengangguran, neraca pembayaran dan nilai kurs.
Implikasi
sistem ekonomi makro terhadap dunia pendidikan dapat dilihat dari (a) kondisi
ekonomi makro negara menjadi landasan operasional sistem pendidikan nasional
dan (b) pendapatan perkapita menjadi landasan operasional sistem pendidikan,
dalam arti menentukan rata – rata setiap keluarga dalam menyediakan biaya
pendidikan.
4)
Sistem Politik
Sistem
memperoleh kekuasaan dan menggunakannya untuk mewujudkan cita – cita hidup
bernegara dan berbangsa.
Implikasi
sistem politik terhadap dunia pendidikan nasional berupa (a) kondisi sistem
politik menjadi landasan manajerial sistem pendidikan nasional pola
pemerintahan negara dapat mempengaruhi perencanaan, kepemimpinan,
pengorganisasian, pengawasan dan pengembangan, (b) kondisi sistem politik
menjadi landasan manajerial sistem pendidikan nasional.
B.
Sistem Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan
Sebagaimana yang telah dikemukan diatas, bahwa salah
satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses
pendidikan adalah pendekatan sistem. sehingga dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan nasional, diperlukan penyusunan standar proses pendidikan.
Penyusunan ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan pendidikan
ditingkat satuan pendidikan, maupun yang dilaksanakan oleh guru dalam satu
proses pembelajaran.
Kaitannya dengan standar proses, ada beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap sistem
pendidikan nasional, yakni :
1.
Faktor Guru
Guru
adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi
pembelajaran. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan
tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik
pembelajaran. Setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan,
gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang menganggap
mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru
yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta
didik. Arends (2004 : 16) menegaskan bahwa Guru tidak akan ke sekolah
dengan mengetahui segala hal yang harus mereka ketahui, tetapi dengan
mengetahui bagaimana Menemukan apa yang perlu mereka ketahui, kemana
memperolehnya, dan bagaimana cara membantu orang lain untuk memaknainya.
2.
Faktor Peserta
Didik
Peserta
didik (siswa) adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Dalam UU No. 20 Tahun
2003 ditegaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Senada dengan
pengertian peserta didik dalam UU No. 20 tahun 2003, Sudarwan Danim (2010: 1) juga mengemukakan bahwa Peserta
didik merupakan sumber utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal”.
Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar
tanpa adanya peserta didik.
Oemar Hamalik (2004: 99) menjelaskan bahwa Peserta
didik merupakan salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru,
tujuan, dan metode pengajaran. Abu
Ahmadi (1991: 251) mengemukakan Peserta didik adalah orang yang belum dewasa,
yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna
dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia,
sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau
individu.
3.
Faktor sarana
dan Prasarana
Sarana
adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses
pembelajaran, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak
langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Kaitannya dengan
kelengkapan sarana dan prasarana bagi satuan pendidikan, sangat bermanfaat bagi
(a) menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam pembelajaran (b) memberikan
berbagai pilihan pada peserta didik untuk belajar.
4.
Faktor
Lingkungan
Dilihat
dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran,
yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor
organisasi kelas berkaitan langsung dengan jumlah peserta didik dalam satu
rombongan belajar. Kaitannya dengan peserta didik, Uyo Sadullah memberikan
penjelasan terkait 4 (empat) karakteristik :
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas sehingga merupakan makhluk yang unik.
2)
Individu yang
sedang berkembang. Anak mengalami perubahan dalam dirinya secara wajar.
3)
Individu yang membutuhkan bimbingan
individual.
4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam
perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang kea rah
kedewasaan.
Dari
4 (empat) karakteristik diatas, menunjukkan bahwa, jika dalam suatu proses
pembelajaran yang terdiri dari jumlah peserta didik yang banyak, maka
dibutuhkan suatu ketrampilan yang baik sehingga dapat memberikan kepuasan yang
sama pada peserta didik dengan keterbatasan waktu yang dimiliki.
Daftar
Pustaka
Anderson W. Lorin et.al, 2010
Pembelajarn, Pengajaran dan Asesmen, Yogyakarta Pustaka Pelajar.
Buhari Alma, 2010, Guru
Profesional, Bandung, Alfabeta
Oemar H. Malik 2009, Pendidikan
Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta Bumi Aksara
Redja Mudyahardjo, 2001, Pengantar
Pendidikan, Jakarta Raja Grafindo Persada
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta
Wina Sanjaya 2006, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, jakarta, Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar