Minggu, 29 Maret 2020

METODE ILMIAH


Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi Perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar Pada Pertemuan ke-4  Program Studi Pendidikan Sejarah
A.    Pengertian Metode Ilmiah
Kebenaran haruslah sesuai dengan kenyataan objeknya. Mengenai kebenaran para ahli sejak zaman Yunani telah memperdebatkannya. Sebenarnya para pemikir saat ini hanya melengkapi dan menyempurnakan apa yang telah diperdebatkan sezak zaman Plato dan Aristoteles. Sebagaimana yang dikemukakan Karl Jaspers (1883 – 1969) dalam S. Wonorahardjo (2010 : 137), sejak zaman awal manusia berpikir secara terstruktur, hal benar-salah juga menjadi pertimbangan dalam pembentukan dan pengembangan struktur pengetahuan. Lebih lanjut S. Wonorahardjo mengemukakan kebenaran menurut kesesuaian dan menurut keteguhan dapat disingkat sebagai kebenaran empiris dan kebenaran logis jika dilihat dari cara mendapatkannya. Yang empiris selalu mengawali yang logis karena objektivitas tidak terbantahkan pada percobaan empiris lebih menjamin dari pada logika turunan.
John Dewey dalam S. Wonohardjo (2010 : 143) menegaskan bahwa penelitian ilmiah selalu diilhami keraguan atau ketidak pastian awal, yang nantinya akan menimbulkan ide. Ide ini dianggap benar jika hasilnya nanti benar – benar membantu memuaskan ilmuan.
Metodologi memiliki peran penting dalam proses penelitian, terutama dalam pencarian masalah, pencarian data, penarikan simpulan dan pemaknaan hasil penelitian. Kata metodologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yang telah dikembangkan dalam dunia keilmuan serta telah meluas ke-semua disiplin ilmu.  Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hodos”. Meta berarti melalui sedangkan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian maka metode dapat  berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya cara – cara atau langkah – langkah tertentu dengan perurutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar. Tidak semua orang melewati tertib pendekatan ilmiah untuk sampai kepada pengetahuan yang benar mengenai hal yang dipertanyakan. Bahkan di kalangan masyarakat banyak pendekatan non ilmiah digunakan untuk mencapai tujuan. Sumadi Suryabrata (2003 : 3)
Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan fakta). Surya Dharma (2008 : 1)
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmiah. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat – syarat tertentu. Syarat – syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah.  J.S. Suryasumantri (2009 : 119)
Metode berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehingga fungsi metode adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara kegiatan ilmiah memiliki karakteristik tersendiri, baik dari sisi kaidah, konsep, maupun langkah-langkah dalam kegiatan. Sebuah kegiatan dapat dikategorikan ilmiah jika telah memenuhi unsur – unsur ilmiah, yaitu objektif, metodis, sistematis dan bersifat universal. H. M. Musfiqon (2012 : 4 -5). Lebih lanjut ditegaskan bahwa jika kedua kata tersebut disandingkan maka dapat dikatakan bahwa metode ilmiah adalah prosedur, tata cara, dan langkah sistematis yang diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas persepsi indrawi dan melibatkan uji coba hipotesis serta teori secara terkendali.
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan melalui penggunaan  metode ilmiah.Hasilnya disebut pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Syafaruddin,( 2008, 92-95).
Metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan empirisme. Dengan rasionalisme diperoleh landasan pemikiran terpadu dan mantik dan dengan empirisme diperoleh kerangka pengujian dan memastikan kebenaran. Einsten berkata bahwa “Fakta membentuk pengetahuan dan pada gilirannya pengetahuan menghasilakn fakta”. Maka Ilmu terdiri atas fakta dan teori. T. Notohadiprawiro (2006 : 12)  

Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa  metode ilmiah adalah suatu kerangka berfikir manusia dalam menyusun gagasan, yang beraturan, dan terarah serta saling keterikatan antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

B.     Unsur – Unsur Metode Ilmiah.
T. Noto hadiprawiro (1992) dalam makalahnya menegaskan bahwa unsur – unsur metode ialah wawasan intelektual, konsep, cara penghampiran (approach) persoalan, dan rancang bangun alas data  (database). Wawasan Intelektual berkenaan dengan nalar, tanggap rasa (sensation), cerapan (perception), pengalaman, dan Ilmu pengetahuan. Konsep adalah hasil proses intelektual berupa kejadian imajinatif untuk memperluas atau memperkaya cerapan, sehingga dapat dibentuk gagasan baru yang dapat menganalisis persoalan secara lebih cermat. Cara berkenaan dengan pola berfikir. Alas data ialah cerminan citra tentang “Kenyataan”. Alas data dirancangbangun sedemikain rupa agar semua data yang terkumpulkan dapat dialokasikan kepada kedudukan atau fungsinya yang sepadan menurut maksud dan tujuan penelitian.
Surya Dharma (2008 : 9) mengemukakan bahwa, untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, penelitian harus mengandung unsur keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang dilaksanakan secara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada karakeristik keilmuan yaitu:
1)      Rasional : penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
2)      Empiris : menggunakan cara – cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan menggunakan panca indra manusia
3)      Sistematis : menggunakan proses dengan langkah – langkah tertentu yang bersifat logis.
Danim dalam Musfiqon (2012 : 10) mengemukakan bahwa sebuah metode ilmiah harus memenuhi sejumlah kriteria, yaitu :
1)      Ada terminologinya
2)      Berdasarkan bukti – bukti empiris
3)      Bebas dari nilai individual, tidak subjektif
4)      Sistematis dalam tahapannya
5)      Menggunakan prinsip – prinsip analisis
6)      Ada hipotesis yang diuji
7)      Menggunakan ukuran objektif
8)      Menggunakan teknik – teknik kuantifikasi
Dalam upaya mencapai tingkat kebenaran ilmiah juga dikemukakan oleh S. Wonohardjo (2010 : 146), dengan istilah sifat – sifat dasar yang harusnya terkandung dalam kebenaran saat ini, yaitu (a) strukturnya rasional dan logis, (b) mengandung isi empiris, dan (c) dapat diterapkan, hasilnya berguna (pragmatis).
Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur metode ilmiah terdiri atas: (a) kualitas ilmiah, dalam artian kebenaran sumber dalam kajian ilmiah harus sesuai. (b) hubungan ilmiah, hal ini terkait dengan bagaimana sumber – sumber ilmiah memiliki keterikatan, sehingga terbentuk suatu kaidah ilmiah yang rasional dan objektif, (c) Nilai Ilmiah, berhubungan langsung dengan sejauh mana peran subjek yang menentukan nilai dalam suatu kajian ilmiah.

C.    Prosedur Ilmiah
Prosedur ilmiah atau lebih dikenal dengan prosedur penelitian adalah bagian terpenting dalam pencarian identitas ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh J.S. Suriasumantri (2010 : 124) teori merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris, sehingga penggabungan tersebut membentuk langkah – langkah yang disebut metode ilmiah. Hal ini bertalian dengan pemenuhan syarat dalam teori ilmiah, yakni (a) konsisten dengan teori – teori sebelumnya, (b) kesesuaian dengan fakta – fakta empiris.
Ritchie Calder dalam J.S. Suriasumantri (2010 : 121) menuturkan bahwa proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu, sehingga dalam hal mengamati manusia pada akhirnya mendapatkan berbagai masalah, sehingga perlu untuk diselesaikan masalah tersebut. Pandangan ini diperkuat oleh John Dewey, bahwa perhatian manusia mengarah pada suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan.
J. S. Suriasumantri (2010 : 309) menggambarkan langkah – langkah penulisan ilmiah, yakni :
1.      Pengajuan Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Pada hakekatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor – faktor lain. Secara operasional suatu gejalah baru dapat disebut masalah bila gejalah itu terdapat dalam suatu situasi tertentu. Untuk dapat menguasai masalah dalam penelitian, maka perlu dilakukan; (a) memahami latar belakang masalah, (b) mengidentifikasi masalah, (c) pembatasan masalah, (d) perumusan Masalah, (e) tujuan penelitian dan (f) kegunaan penelitian.
2.      Penyusunan Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Setelah masalah dirumuskan, dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakekatnya adalah mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar mendapatkan jawaban yang diinginkan. Penjelasan ini senada dengan semboyan ilmiah “Yakinkan secara logis dengan kerangka teoritis ilmiah dan buktikan secara empiris dengan pengumpulan fakta yang relevan.
3.      Metodologi Penelitian
Metodologi adalah pengetahuan tentang metode – metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam penelitian. Setiap penelitian pada hakekatnya mempunyai metode penelitian masing – masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
4.      Hasil Penelitian
Dalam membahas hasil penelitian maka harus selalu diingat bahwa tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan. Pada hakekatnya sebuah hasil penelitian yang baik tidak berhenti pada kesimpulan apakah sebuah hipotesis diterima atau ditolak melainkan dilengkapi dengan evaluasi mengenai kesimpulan tersebut.
5.      Ringkasan dan Kesimpulan
Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalaha, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesi merupakan buah dari kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh.
Daftar Pustaka
H. M. Musfiqon, 2015, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta Prestasi Pusaka Publisher
J. S. Suriasumantri, 2010 Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Pustaka Sinar Harapan.
Suwartono, 2014, Dasar – Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta, Andi
S. Wonorahardjo 2010, Dasar – dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar Sains, Jakarta Indeks.
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta
Sugiyono 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, bandung, Alfabeta
T. Notohadiprawiro, 2006, Makalah Latihan dasar Pemeriksa Karantina Ikan, Yogyakarta Departemen Pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WASIAT SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH UNTUK ANAKNYA

"Tak lama lagi aku akan menghadap Allah Subhanahu waTa'ala. Namun aku sama sekali tidak merasa menyesal, sebab aku meninggalk...