Oleh :
Asyhari A. Usman
Materi
Perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar Pada Pertemuan ke-4 Program Studi Pendidikan Sejarah
A.
Pengertian Metode Ilmiah
Kebenaran
haruslah sesuai dengan kenyataan objeknya. Mengenai kebenaran para ahli sejak
zaman Yunani telah memperdebatkannya. Sebenarnya para pemikir saat ini hanya
melengkapi dan menyempurnakan apa yang telah diperdebatkan sezak zaman Plato
dan Aristoteles. Sebagaimana yang dikemukakan Karl Jaspers (1883 – 1969) dalam
S. Wonorahardjo (2010 : 137), sejak zaman awal manusia berpikir secara
terstruktur, hal benar-salah juga menjadi pertimbangan dalam pembentukan dan
pengembangan struktur pengetahuan. Lebih lanjut S. Wonorahardjo mengemukakan
kebenaran menurut kesesuaian dan menurut keteguhan dapat disingkat sebagai
kebenaran empiris dan kebenaran logis jika dilihat dari cara mendapatkannya.
Yang empiris selalu mengawali yang logis karena objektivitas tidak terbantahkan
pada percobaan empiris lebih menjamin dari pada logika turunan.
John Dewey
dalam S. Wonohardjo (2010 : 143) menegaskan bahwa penelitian ilmiah selalu
diilhami keraguan atau ketidak pastian awal, yang nantinya akan menimbulkan
ide. Ide ini dianggap benar jika hasilnya nanti benar – benar membantu memuaskan
ilmuan.
Metodologi
memiliki peran penting dalam proses penelitian, terutama dalam pencarian
masalah, pencarian data, penarikan simpulan dan pemaknaan hasil penelitian.
Kata metodologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yang telah dikembangkan
dalam dunia keilmuan serta telah meluas ke-semua disiplin ilmu. Secara bahasa metode berasal dari dua kata
yaitu “meta” dan “hodos”. Meta berarti melalui sedangkan hodos berarti jalan
atau cara. Dengan demikian maka metode dapat
berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Pendekatan
ilmiah menuntut dilakukannya cara – cara atau langkah – langkah tertentu dengan
perurutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar. Tidak semua orang
melewati tertib pendekatan ilmiah untuk sampai kepada pengetahuan yang benar
mengenai hal yang dipertanyakan. Bahkan di kalangan masyarakat banyak
pendekatan non ilmiah digunakan untuk mencapai tujuan. Sumadi Suryabrata (2003
: 3)
Metode ilmiah
adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang
dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni
pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah
didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai
suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji
kebenarannya secara empirik (berdasarkan fakta). Surya Dharma (2008 : 1)
Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmiah. Jadi ilmu
merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat – syarat tertentu. Syarat – syarat yang
harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa
yang dinamakan dengan metode ilmiah. J.S. Suryasumantri (2009 : 119)
Metode
berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehingga fungsi metode adalah sebagai
alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara kegiatan ilmiah memiliki
karakteristik tersendiri, baik dari sisi kaidah, konsep, maupun langkah-langkah
dalam kegiatan. Sebuah kegiatan dapat dikategorikan ilmiah jika telah memenuhi
unsur – unsur ilmiah, yaitu objektif, metodis, sistematis dan bersifat
universal. H. M. Musfiqon (2012 : 4 -5). Lebih lanjut ditegaskan bahwa jika
kedua kata tersebut disandingkan maka dapat dikatakan bahwa metode ilmiah
adalah prosedur, tata cara, dan langkah sistematis yang diambil guna memperoleh
pengetahuan yang didasarkan atas persepsi indrawi dan melibatkan uji coba
hipotesis serta teori secara terkendali.
Metode
ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan melalui penggunaan metode ilmiah.Hasilnya disebut pengetahuan
ilmiah. Metode ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat
dalam metode ilmiah. Syafaruddin,( 2008, 92-95).
Metode
ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan empirisme. Dengan rasionalisme
diperoleh landasan pemikiran terpadu dan mantik dan dengan empirisme diperoleh
kerangka pengujian dan memastikan kebenaran. Einsten berkata bahwa “Fakta
membentuk pengetahuan dan pada gilirannya pengetahuan menghasilakn fakta”. Maka
Ilmu terdiri atas fakta dan teori. T. Notohadiprawiro (2006 : 12)
Dari
berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah adalah suatu kerangka berfikir
manusia dalam menyusun gagasan, yang beraturan, dan terarah serta saling
keterikatan antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
B.
Unsur – Unsur Metode Ilmiah.
T. Noto hadiprawiro (1992) dalam makalahnya
menegaskan bahwa unsur – unsur metode ialah wawasan intelektual, konsep, cara
penghampiran (approach) persoalan,
dan rancang bangun alas data (database). Wawasan Intelektual berkenaan
dengan nalar, tanggap rasa (sensation),
cerapan (perception), pengalaman, dan
Ilmu pengetahuan. Konsep adalah hasil proses intelektual berupa kejadian
imajinatif untuk memperluas atau memperkaya cerapan, sehingga dapat dibentuk
gagasan baru yang dapat menganalisis persoalan secara lebih cermat. Cara
berkenaan dengan pola berfikir. Alas data ialah cerminan citra tentang
“Kenyataan”. Alas data dirancangbangun sedemikain rupa agar semua data yang
terkumpulkan dapat dialokasikan kepada kedudukan atau fungsinya yang sepadan
menurut maksud dan tujuan penelitian.
Surya
Dharma (2008 : 9) mengemukakan bahwa, untuk mendapatkan kebenaran ilmiah,
penelitian harus mengandung unsur keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang
dilaksanakan secara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada
karakeristik keilmuan yaitu:
1) Rasional
: penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh
penalaran manusia.
2) Empiris
: menggunakan cara – cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan
menggunakan panca indra manusia
3) Sistematis
: menggunakan proses dengan langkah – langkah tertentu yang bersifat logis.
Danim
dalam Musfiqon (2012 : 10) mengemukakan bahwa sebuah metode ilmiah harus
memenuhi sejumlah kriteria, yaitu :
1) Ada
terminologinya
2) Berdasarkan
bukti – bukti empiris
3) Bebas
dari nilai individual, tidak subjektif
4) Sistematis
dalam tahapannya
5) Menggunakan
prinsip – prinsip analisis
6) Ada
hipotesis yang diuji
7) Menggunakan
ukuran objektif
8) Menggunakan
teknik – teknik kuantifikasi
Dalam
upaya mencapai tingkat kebenaran ilmiah juga dikemukakan oleh S. Wonohardjo
(2010 : 146), dengan istilah sifat – sifat dasar yang harusnya terkandung dalam
kebenaran saat ini, yaitu (a) strukturnya rasional dan logis, (b) mengandung
isi empiris, dan (c) dapat diterapkan, hasilnya berguna (pragmatis).
Dari
beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur metode ilmiah
terdiri atas: (a) kualitas ilmiah, dalam artian kebenaran sumber dalam kajian
ilmiah harus sesuai. (b) hubungan ilmiah, hal ini terkait dengan bagaimana
sumber – sumber ilmiah memiliki keterikatan, sehingga terbentuk suatu kaidah ilmiah
yang rasional dan objektif, (c) Nilai Ilmiah, berhubungan langsung dengan
sejauh mana peran subjek yang menentukan nilai dalam suatu kajian ilmiah.
C.
Prosedur Ilmiah
Prosedur ilmiah atau lebih dikenal dengan prosedur
penelitian adalah bagian terpenting dalam pencarian identitas ilmiah. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh J.S. Suriasumantri (2010 : 124) teori
merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris, sehingga penggabungan tersebut membentuk
langkah – langkah yang disebut metode ilmiah. Hal ini bertalian dengan
pemenuhan syarat dalam teori ilmiah, yakni (a) konsisten dengan teori – teori sebelumnya,
(b) kesesuaian dengan fakta – fakta empiris.
Ritchie Calder dalam J.S. Suriasumantri (2010 : 121)
menuturkan bahwa proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati
sesuatu, sehingga dalam hal mengamati manusia pada akhirnya mendapatkan
berbagai masalah, sehingga perlu untuk diselesaikan masalah tersebut. Pandangan
ini diperkuat oleh John Dewey, bahwa perhatian manusia mengarah pada suatu
masalah atau kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam
pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan.
J. S. Suriasumantri (2010 : 309) menggambarkan
langkah – langkah penulisan ilmiah, yakni :
1.
Pengajuan
Masalah
Langkah pertama
dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Pada hakekatnya suatu
masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor – faktor lain. Secara
operasional suatu gejalah baru dapat disebut masalah bila gejalah itu terdapat
dalam suatu situasi tertentu. Untuk dapat menguasai masalah dalam penelitian,
maka perlu dilakukan; (a) memahami latar belakang masalah, (b) mengidentifikasi
masalah, (c) pembatasan masalah, (d) perumusan Masalah, (e) tujuan penelitian
dan (f) kegunaan penelitian.
2.
Penyusunan
Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Setelah masalah dirumuskan,
dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis.
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Cara ilmiah
dalam memecahkan persoalan pada hakekatnya adalah mempergunakan pengetahuan
ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar mendapatkan
jawaban yang diinginkan. Penjelasan ini senada dengan semboyan ilmiah “Yakinkan secara logis dengan kerangka
teoritis ilmiah dan buktikan secara empiris dengan pengumpulan fakta yang
relevan.
3.
Metodologi
Penelitian
Metodologi adalah
pengetahuan tentang metode – metode, jadi metodologi penelitian adalah
pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam penelitian. Setiap penelitian
pada hakekatnya mempunyai metode penelitian masing – masing dan metode
penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
4.
Hasil Penelitian
Dalam membahas
hasil penelitian maka harus selalu diingat bahwa tujuan kita adalah
membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan
hipotesis yang diajukan. Pada hakekatnya sebuah hasil penelitian yang baik
tidak berhenti pada kesimpulan apakah sebuah hipotesis diterima atau ditolak
melainkan dilengkapi dengan evaluasi mengenai kesimpulan tersebut.
5.
Ringkasan dan
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian
merupakan sintesis dari keseluruhan
aspek penelitian yang terdiri dari masalaha, kerangka teoritis, hipotesis,
metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesi merupakan buah dari
kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan
meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh.
Daftar Pustaka
H. M. Musfiqon, 2015, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian
Pendidikan, Jakarta Prestasi Pusaka Publisher
J. S. Suriasumantri, 2010 Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta
Pustaka Sinar Harapan.
Suwartono, 2014, Dasar – Dasar Metodologi
Penelitian, Yogyakarta, Andi
S. Wonorahardjo 2010, Dasar –
dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar
Sains, Jakarta Indeks.
Uyo Sadulloh, 2003, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Bandung Alfabeta
Sugiyono 2015, Memahami
Penelitian Kualitatif, bandung, Alfabeta
T. Notohadiprawiro, 2006, Makalah
Latihan dasar Pemeriksa Karantina Ikan, Yogyakarta Departemen Pertanian.